Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/49

Halaman ini telah diuji baca

- 45 -

dengan api pelita lalu diulurkannya keluar. Sekilas Tu' Atin melihat bahwa tangan yang menerima rokok itu luar biasa besarnya, berbulu dengan kuku runcing-runcing, kelingkingnya saja lebih besar dari ibu jari kaki manusia biasa.

Terjadilah dua kontras yang lucu atau aneh. Sebuah tangan dengan jari-jari kecil-kecil memberikan rokok yang hampir sebesar pergelangan tangannya kepada tangan yang berlipat ganda besar jari- manusia biasa. Tangan yang satu ditarik dan muncul satu lagi. Tetapi tangan ini agak lebih halus potongannya. Keatas tangan itu diletakkan beberapa batang rokok pula.

" Tuuu' jang pegi,...tunggu aku disono....." kata Mandugo. Lalu diseretnya tangan Tu' Atin dan dibawanya tembakau selempeng tadi kira-kira separohnya. Lalu keduanya turun kebawah.

" Tamu ini istimewa tidak mungkin kita suruh naik, jadi kita harus menemui mereka."

Disamping pondok dekat lereng tebing dalam cahaya emaram Tu' Atin melihat sebagai ada dua bongkah batu terlonggok. Itulah dia! Tetapi ini bukan mimpi. Keduanya sedang asyik mengisap rokok sitaka yang diberikan Mandugo tadi.

" Tuu', ini akau......." Sebuah tangan tak ubahnya kerek kapal dipelabuhan Teluk Bayur terjulur kearah Mandugo dan lalu diberikan tembakau tadi kepadanya yang digulung dengan daun pisang hutan ( pisang karuk ).

" Tuuu' ini dio Tu' Atin nan baladang disiko, jangan ganggu dia tuu'. Minta tembakau pado dio.

" Uuuuh, ..." jawabnya mendengus.

" Nah datuk mau apa? Mau ditolong bersiang atau apa?" Tu' Atin berpikir sebentar. Ia teringat dengan temannya yang pergi mencari manau ke Merayu.

" Suruh bawakan rotan dan manau, " kate Tu' Atin.

" Tuuu' !"

" Uuuuh...."

" Bisuk baokan rotan, dan manau yaaa, Letak disono....." sambil menunjuk sebuah daerah yang agak lapang dimuka pondok diluar pagarnya.

" Uuuuh,....."