Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/7

Halaman ini telah diuji baca

- 3 -

sudah melangkahi parit dan makan padi disawah.

Anak muda-muda itu tambah gembira mendengar perkataan orang itu dan salah seorang sudah mengeluarkan buku notesnya mencatat dialog-dialog mereka.

" Mungkin bapak orang pertama yang kami temui yang dapat memberi informasi kepada kami tentang urang gadang itu," kata anak muda yang mula-mula bicara tadi dan memperkenalkan namanya dengan Imran. Orang itu hanya mesem saja.

" Ya, dan kali inilah baru gaya bertemu dengan orang yang membicarakan urang gadang itu."

" Jadi urang gadang itu memang ada, pak?" bertanya pula salah seorang mahasiswa yang puteri bernama Betty.

" Kemungkinan memang ada 'nak, " jawabnya, " malahan saya sudah pernah bertemu dengan dia."

" Bapak sudah pernah bertemu dengan dia, memang besar pak?" ujar anak perempuan itu.

Laki-laki itu tertawa.

" Ya, tetapi berapa tingginya saya kurang tahu sebab saya temui ketika dia tidur....."

" Nama bapak siapa? Dan dimana alamat bapak?" bertanya seorang lagi yang sudah siap dengan buku catatannya. Rupanya pembicaraan itu sudah semakin serius.

" Gelar saya Datuk Mantiko Indo dan rumah saya tuuu, tak jauh dari sini," sambil ia menunjuk ke sebuah rumah kecil tak berapa jauh dari tempat itu.

" Tetapi dari cerita-cerita kawan-kawan saya yang biasa masuk hutan dan pernah menemukannya memang urang gadang itu kelewat tinggi, hampir dua setengah depa. Yang saya temui itu dia sedang ketiduran. Saya pagi buta itu pergi ke Solok Jelatang akan mencari durian. Saya lihat ada makhluk sedang tidur dalam sebuah gua dan kedua kakinya terjulur keluar, kaki itu sangat panjang dan besarnya seperti batang pisang....."

" Oh,...oh,..." kata mereka serempak keheranan.

" Urang gadang itu memang makhluk aneh yang masih ada dalam Rimba Mangkisi itu. Ada yang mengatakan namaya Orang Kubu Tapak Laweh."

" Itu sesuai dengan yang kami baca dalam surat kabar itu," ujar Imrar pula.

" Jadi kalian ingin menemuinya?"