Halaman:ADH 0006 A. Damhoeri - Nakoda Tenggang.pdf/11

Halaman ini tervalidasi

2. PERAHU LADING


SANGATLAH sedihnya hati si Tenggang. Bulannya akan direnggutkan orang lain. Orang yang lebih berkuasa dan kaya dari dia. Sedang dia sendiri adalah anak dari sepasang suami istri yang miskin. Lenyaplah kegembiraannya. Tak sudi ia bergaul dengan teman- temannya lagi . Juga dengan si Sirih.

Bila orang kampung sudah pergi ke hutan si Tenggang memencil pergi sendirian ke tepi laut. Di sana ia duduk termenung seperti seorang sinting. Ombak berdebur-debur memecah ke tepi pantai di bawah kakinya. Lautan yang biru . Oh, mau saja ia rasanya mencebur ke dalam lautan itu . Dekat tempatnya ia biasa duduk termenung itu ada sebatang pohon pulai yang amat besar. Pada suatu hari timbullah ilhamnya . Ditebangnya batang pulai itu . Dari batang kayu itu dibuatnya sebuah perahu . Dalam bahasa mereka perahu yang demikian dinamakan: perahu lading.

Entah apa maksudnya membuat perahu itu . Barangkali juga akan menyeberangi laut. Untuk melenyapkan kekecewaan dan kehampaan hatinya . Lalu tibalah hari perkawinan si Bulan dengan Embeh Tembaga. Tenggang semakin gundah hatinya. Pikirannya menjadi kacau tak keruan. Benar-benar ia rela mencebur ke dalam lautan supaya berakhirlah penderitaannya . Tetapi ia hanya turun saja ke perahunya .

Lalu perahu itu dikayuhnya hilir mudik di sebuah sungai dekat perkampungan mereka. Ke hulu ... dan ke hilir lagi. Mudik lagi dan ke muara kembali. Benar-benar lakunya sebagai orang sudah edan. Akhimya dikayuhnya perahunya ke tengah laut. Kini ombak sudah mengayun-ayun perahu itu, teroleng-oleng bagai hendak karam layaknya .

9