Halaman:ADH 0008 A. Damhoeri - Pengawal Tambang Emas.pdf/18

Halaman ini tervalidasi

- 14 -

dan pulang sesudah tengah hari. Kalau tidak mereka akan kemalaman sampai di desa. Sesudah melampaui sebuah belokan tampaklah daerah ladang gambir Tu' Atin,- abang Sibarani. Jelas saja pondok gambirnya terletak diatas tempat yang ketinggian. Sekeliling ladang itu diberi pagar bambu. Bambu itu diikatkan dengan akar-akar ke tiangnya ada tiga lapis. Dan dijerait pula dengan sulur-suluran, akar-akar dan sebagainya sehingga tertutup mati. Sebelah sananya tidak berpagar terhentak dilereng bukit. Makin dekat semakin jelas ladang gambir itu. Ada pintu masuk kedalamnya pakai ambang yang dimasukkan dalam bambu yang diberi lubang-lubang. Ada tiga buah ambang gerbangnya. Sibarani merasa lega melihat ladang itu. Namun abangnya belum kelihatan sedang Sibarani sudah sampai diluar pagar ladang itu. Ia melangkah memasuki daerah ladang. Dengan heran Sibarani melihat ladang itu sangat bersih tidak satupun tampak siarjannya. Menurut perkiraan Sibarani tak mungkin abangnya sendiri yang menyiangi ladang yang seluas itu. Tetapi ia tak ada mendengar dari kakaknya bawa abangnya mempergunakan pembantu atau orang upahan.

Bahagian sebelah kemuka ada lapangan sedikit antara gambir dengan pagar. Disana ditanam lada, bayam, kacang panjang, terung, peria, labu lengkap berbagai sayur-sayuran. Semuanya sedang berbuah.

Sibarani juga merasa bawa abangnya akan lama menetap diladang itu melihat kokoh pagarnya, kokoh pondoknya dan strategis letaknya. Seakan-akan memang ia memisahkan diri dari masyarakat dan tinggal di ladang itu. Jadi bukan semata-mata hanya mengharapkan hasil gambir saja. Didekat tangga ada pancuran yang ditampung oleh sebuah bak kayu. Airnya bersih. Sibarani tahu bagaimana teknik pancuran itu dan bagaimana cara menyalurkan airnya kesana.

Sibarani melongok-longok namun ia belum melihat abangnya. Lalu dia terus naik dan masuk kedalam pondok. Barulah didengarnya ada suara-suara ditingkat atas. Sibarani terus naik ketingkat itu. Barulah tampak olehnya abangnya sedang sembahyang asar. Sibarani naik diam-diam dan duduk sambil bersandar kedinding dan meletakkan bebannya disampingnya.

Kalau tadi Tu' Atin tidak sedang shalat dan duduk di tingkap itu pasti ia sudah tahu kedatangan adiknya. Sambil duduk Sibarani memperhatikan alat-alat pengempa yang sudah lengkap, tetapi jelas belum dipergunakan. Menurut perkiraannya takkan lama lagi gambir itu akan dikempa. Rasanya betah tinggal di pondok itu. Kalau ia tidak sudah berjanji de-