Halaman:ADH 0008 A. Damhoeri - Pengawal Tambang Emas.pdf/9

Halaman ini tervalidasi

- 5 -

"Nah, kan etul juga kataku. Paling kurang tidak dapat kekayaan, akan dapat juga pengalaman merantau kenegeri orang itu Kalau tidak akan timbul kesadaran bahwa dinegeri kita ini ada juga terpendam harta kekayaan dalam bumi. Tinggal kita mengusahakan saja.

Jadi entu kamu tidak dapat membantu abangmu, bukan?"

"Memang tidak, kak. Mengempa gambir itu sangat berat kerjanya Pagi-pagi memetik daun gambir yang akan dikempa Daunnya dijemur dulu. Kemudian direbus Baru daunnya itu dibungkus dan kemudian diapit dalam kempahan, lalu bajinya ditokok. Menokok baji itu saja minta ampun, kak. Rasanya umur bertambah pendek. Kakak bayangkan penokoknya itu saja hampir 40 kilo beratnya. Belum lagi badan berubah corak, sebagai warna gambir itu pula

Dan saya rasa abang takkan mau juga dikawani di ladang itu. Ada suatu rahasianya."

" Mungkin kau benar Barani. Jadi kapan tambang itu akan dibuka? Kalau sudah ada hasilnya beri aku agak sebuah- cincin nanti yaaa?"

Sibarani ketawa.

"Nanti saya buatkan kakak sebuah kalung sebesar tinju..."

Keduanya tertawa pula.

"Tetapi kau harus menemui abangmu Barani."

"Tentu saja, kak. Setelah saya menemui Tu' Layau dan Intan saya akan pergi kepada abang di ladangnya."

"Kau tabu tempatnya?"

"Masa saya tidak tahu. Setiap solok dan biding bukit dalam Rimba Mangkisi itu saya kenali baik-baik. Saya 'kan bekas perimba, kak."

"Nah, tunggulah saya bertanak dulu, yaa? Makan disini saja."

"Tak usab kak. Hari ini juga saya kan menemui Tu' Layau."

Setelah menitipkan bag-nya Sibarani turun kembali.

Adapun yang dipanggilkan abang oleh Sibarani itu ialah Tu' Atin yang membuat ladang dekat Subayang. Dan yang dipanggilkannya kakak itu ialah Tina isteri Tu' Atin. Sibarani ialah adik kandung Tu' Atin. *)

.///.

*).   Bacalah: "Misteri Rimba Mangkisi."