Halaman:ADH 0083 A. Damhoeri - Sesudah Minangkabau Berbenteng Adat.pdf/2

Halaman ini belum diuji baca

kata Tanjung pada awalnya ialah negeri-negari: Tanjumg Sungayang, Tanjung Alan, Tanjung Barulak dan Tanjung Bingtuang. Nenilik letaknya nyatalah bahwa daerah pomerintahan atau daerah kediaman mereka sudah bertambah luas juga dan sudah mene dekati Luhek Lima Puluh Kota yang sekarang. Dan Lubuk yang tiga ialahs Lubuk Sikarak, Lubuk Sipunai dan Lubuk Simaung.

Perkembangan negari-negari itu sudah tentu semakin lama semakin banyak sebagai sudah dibayangkan juga yang alchimya melahizkan Luhak nan Tiga. Pokok pangkal peraturan dan sistim kemasyarakatan sudah disusun dalam adat istiadat yang dipatuhi oieh seiuruh masyarakat yang ada pads masa itu.

Sehingga kurang dari setengah abad kemudian yaitu tepatnya dalam tahum 1347 datanglah "anggang" dari laut. Jika dulu yang datang "rusa" mungkin karena munculnya dari dalam hutan maka kini yamg datang "enggang" sebab enggang ini terbang melewati samudera. Yang dimaksud dengan "enggang" ialah Adityawarman yang sudah sering kita sebut-sebut juga dalan artikel kita yang terdahulu. Kata pepatah adat: " Datanglah enggang dari laut Bedil sedetak tiga dentamnya,- Membebek kambing masuk hutan,- menyalak anjing ditengah koto,- maka jatuhlah telur enggang itu,- kerumah ninik Suri Dirajo Lahirlah kuda Semberani - berpelana emas sendirinya.-

Yang dimaksud dengan burung enggang ialah Adityawarman yang berartis " Cahaye Matahari. " dengan nama kecilnya Ajimantrolo. Keterangan ini sudah bertentangan dengan uraian kita yang dahulu sebab dal am uraian yang dahulu yang dimaksud ialah Dang Tuanku. Jadi nampanya dalam menguraikan tentang adat-adat dan tambonyat lain sumber maka sudah lain pula uraiannya. Tetapi kita tidak akan mempersoalkan apakah Ajimantrolo jangan salah baca dengan Aji 1loto ,- itu Adityawarman atau Dang Tuanku. Tetapi yang jelas antara Dang Tuanku dan Adityawarman ada hubungan kekeluargaan. Adityawarman lahir dari ibunya Dara Petak ( Swarna Bumi ) dari Palem bang dan Dang Tuanku lahir deri Dara Jingga yang kemudian bergelar Bundo Kandung. Sedang Dara Petak dan Dara Jingga ini dua orang bersaudara sebapak.

Maka ketika Adityawarman sampai di Hinangkabau ia tidak dilawan berperang melainkan dijadikan orang semenda yang dalam istilahnya menjadi semenda ninik ma- mak, orang semenda yang didengar kata-katanya dan dihormati. Ia dikawinkan dengan Puteri Reno Sari Alam yang bergelar juga Puti Jamilan. Dari perkawinan ini lahir- lah Adywawarman. Disinipun uraian kita sudah bertentangan pula. Dalam artikel yang terdahulu diterangcan bahwa Adywawarman ialah putera Dang Tuanku dengan Pute ri Awan Singingi yang bergelar juga Puti Bungsu. Dan Adyawarman digelari juga Maheraja nan Sati yang kemudian dengan cara halus dibuang ke Padang Nunang dan meninggal. disana dalam tahun 1370. Kelahiran Adywawarman inilah yang dikiaskan dengan "lahimya kuda Semberani ".

Dalam keterangan yang kedue ini,- dan bertentangan dengan keterangan yang terdahulu,- Adityawarman bernaksud akan merajakan puteranya ke Bukit Batu Patah yang berarti menjadi Raja Pagarruyung dengan bergelar " Maharaja ". Inilah yang dimaksud dengan "kuda berpelana emas sendirinya". Tetapi usaha Adityawarman ini menemui kegagalan sebab sudah lebih dahulu putera Puti Remo Mandi bertakhta diker jaan Bukit Batu Pateh itu. Manakah yang benar antara kedua keterangan ini barang- kali sudah sukar untuk dibawa kebatu ujian sebab nama itu memang tersebut-sebut dalam kedua uraian itu. Ataukah memang masing-masing mempnyai putera dan ber- lainan nananya.