Halaman:ADH 0083 A. Damhoeri - Sesudah Minangkabau Berbenteng Adat.pdf/3

Halaman ini belum diuji baca

"Adityawarman mungkin memeluk agama Hindu yang membagi manusia atas kasta-kasta. Dalam agama Hindu terdapat empat kasta manusia. Dan dia ingin hendak mencobakan pembahagian manusia berkasta-kasta itu di Minangkabant tetapi usahanya inipun me- nemui kegagalan. Para pemimpin pada masa itu bukannya membagi rakyat dengan en- pat kasta melainkan para pemimpinlah yang dibagi mereka dengan empat jenis kedu- dukan dan dinamakan Orang yang Empat Jenis ( Urang nan Ampok Jinih), Mareka adalah Penghulu ( yang memegang pimpinan dalam suku ), Kepala agama ( Alim Ula- ma), Manti dan Dubalang. Adityawarman gagal dalam melabrak benteng adat yang au- dah kokoh kuat itu malahan benteng adat itu bertambah kokoh juga jadinya. Bahkan akhirnya kepada Adityawarman hanya diberikan gelaran " Raja " yang tidak mempunyai kekuasaan kebawah dengan diberi istana di Bunga Setangkai. Adityawarnan sendiri akhirnya yang memberi gelaran kepada dirinya sendiri dengan "Kanakamedini ” yang berarti " Raja Buni Emas " sebagaimana ditemui dalam sebuah prasati ( batu bersurat) yang terdapat di Kubu Rajo.

Dan sebaliknya setelah kekuassen Adityawarman tak berkuasa apa-apa lagi maka para keturunan raja-raja sali mengambang nan talipek (mengembang yang terlipat ) dengan memberi gelaran kepada keturunan raja-raja itungan: Seri Maha- raja Diraja.

Lepas dari pertentangan2 keterangan dan catatan2 kemudian ternyata bahwa Adityawarman akhirnya menemui kegagalan akan merobah tradisi adat istiadat Mi- nangkabau malahan ia sendiri terperangkap dalam kubu benteng ádat yang kokoh itu.

( Bahan-bahan uraian didapat dari Hasil Team Perumus L.K⭑A.A.M. yang dike- tual oleh M. Rasjid Manggis Bt. R. Penghulu dan Sekretarisnya Kamardi Rais Dt. P. Simulie ).

.//.