Halaman:Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara.pdf/170

Halaman ini tervalidasi
ra mulai pada abad ke 16. Pada abad 16 orang Spanyol menduduki Minahasa. Orang Minahasa menyebut mereka itu orang Tasikela disebabkan mereka itu datang dari Mindanau (Philipina) dari daerah Kastilian. Orang Spanyol nanti keluar dari Minahasa, ketika terjadi peperangan dengan Belanda pada tahun 1660, dengan kekalahan orang Spanyol di Minahasa hampir 100 tahun, sehingga banyak unsur-unsur kebudayaan mereka itu hingga kini masih tampak pada penduduk Minahasa, antara lain bahasa Melayo Menado banyak terdapat bahasa Spanyol (nyora, kawayo); pakaian Minahasa yang dianggap oleh orang Minahasa pakaian adat, tidak lain adalah pakaian ala Spanyol (lihat patung Kurengkeng dan Saraum di Tondano), dan sebagainya. Bersamaan dengan masuknya orang Spanyol di Minahasa, masuk pula unsur agama Katolik yang mula-mula dibawa oleh pater Diego de Magelhaes. Kemudian tahun 1617 datang pula Pastor C. Pinto menyebarkan agama tersebut kedaerah-daerah Tanawangko (Tombariri), yang diikuti oleh Pastor Klas Polamino dan P. Poega (1619) mengadakan penginjilan di Manado, Kali, Kakaskasen, Tomohon Saroinsong, Tondano dan Kema.
Pada tahun 1675 seorang pendeta Belanda bernama Montanus dari Protestant mengadakan penginjilan di Minahasa. Pada tahun 1831 dua orang pendeta yang bernama J.G. Schwars dan J.C Riedel mengadakan penginjilan di Minahasa.
Mereka itu adalah anggota-anggota dari N. Z. G. (Nederlandsche Zending Genootschap).

Pengaruh kedua sakte agama tersebut diatas (Katolik dan Protestant) terhadap penduduk Minahasa sangat kuat sehingga tampak pada masa sekarang ini. Hal itu disebabkan kedua sekte itu bukan saja mengadakan penginjilan di Minahasa, akan tetapi juga mendirikan sekolah-sekolah dan

159