Halaman:Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara.pdf/30

Halaman ini tervalidasi

ese, (Riedel, 1870, hal, 64).

Sebelum kedatangan orang-orang Ternate, Tidore, Bugis, Makassar, rupanya penduduk asli Gorontalo adalah percampuran penduduk asli dan bangsa Melayu. Mereka hidup dari bertani, berburu, meramu dan menangkap ikan. Agamanya masih bersifat animisme dan dinamisme yang oleh penduduk disebut Alifuru. Nanti kemudian mereka menganut agama Islam setlah kedatangan orang-orang Ternate, Bugis, dan Makassar. Rupa-nya agama ini diterima baik oleh penduduk asli sehingga penduduk Gorontalo sekarang ini 100% penganut agama Islam. Sehingga kebudayaan Islam dan suku-suku bangsa terakhir inilah yang mendominir kebudayaan ini.
Pengaruh ini dapat dilihat didalam pedoman hidup penduduk Gorontalo yaitu "adat bersendikan syarat dan syarar' bersendirikan kitabullah". Dan pengaruh suku bangsa Bugis Makassar dapat dilihat dalam pakaian adat mereka seperti daster (payungu), celana panjang yang dipakai bersama kain sarung keris atau pisau yang selalu dibawa serta sebagai teman hidup, dan lain-lain.
Kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Belanda waktu mereka menguasai daerah ini, hanya sedikit saja mempengaruhi kebudayaan mereka. Karena mereka berpegang teguh kepada adat bersendikan syara' dan Syarar' bersendikan Kitabullah dan barang siapa yang memperlihatkan tingkah laku dan perbuatan yang bertentangan dengan pedoman itu akan mendapat kutukan dari Tuhan dan nenek moyang.
2. Suatu daerah yang sangat erat hubungan kebudayaan dengan Gorontalo ialah daerah Bolaang Mongondow. Sejak dahulu sudah terjadi hubungan yang baik antara kerajaan Suwawa Bone Gorontalo dan kerajaan Bintauna Kandipau di Bolaang-

19