Halaman:Amai Cilako.pdf/44

Halaman ini telah diuji baca

kemendur, pagi-pagi pukul delapan, dikenakan baju jas putih tutup leher, pakai celana pintalon putih, pakai topi sutra hitam, bagai guru sedang mengajar, tampan rupa dipandangi, pakai sepatu kalaf hitam, meminta kepada Allah, dapat hendaknya bekerja, karena untung takdir Allah, berkas dilihat dan diperiksa, dapatlah dia berkerja, bekerja di dalam kantor, kantor angku jaksa di Rengat, gaji kecil cukup untuk makan, tapi sungguhpun demikian, senang juga pikiran, tinggal di rumah Hasan Basri, teman sama besar hidup, bersuka bersenang-senang, Sutan Jamaris pandai berbaur, dengan orang banyak, tahu menenggang hati orang, sesama bekerja di kantor, tidak ada nan benci, sama elok kerja rajin, tulisan bagus tidak pernah salah, ingin tahu kuat bertanya, ingin pandai kuat berguru, kerjanya bersih hati-hati, teringat akan ajaran mandeh.

Tiga bulan bekerja, disahkan sebagai jurutulis, di kantor polisi rahasia, dalam ranting wilayah Indra Giri, senanglah hati Jamaris, gaji bertambah pula, bertambah rajin si Jamaris bekerja, bekerja dengan hati-hati, untung elok bagi Jamaris, belum setahun bekerja, pindah bekerja ke Riau, jadi polisi di Pabean, masuk resor Tanjung Pinang, dalam wilayah tanah Riau, semenjak Jamaris jadi polisi, banyak penangkapan nan didapat, penyeludupan ke Sungai Pura, banyak barang gelap nan didapat, pindah mantari Jamaris, mantari polisi daerah Riau, Jamaris sebagai ganti penukar.

33