Halaman:Amai Cilako.pdf/48

Halaman ini telah diuji baca

Keratau disangka madang
Kiranya beluluk padil;
Merantau disangka sanang
Kiranya berusuh hati.
Kain palakat baju sisikin
Pakaian anak Indragiri;
Banyak orang bangsat miskin
Terlebih benar di badan diri.

Sedang beryanyi-nyanyi sendiri, teringat anak di Medan, teringat pula si Salima, anak lurus elok laku, terbayang melarat dengan istri, fakir dan miskin pertama pergi ke Medan, Salima membanting tulang, dagang gorengan di halaman kumidi, perut besar dalam hamil, bergadang tidur tiap malam, larut malam baru tidur, teringat sakit tiga bulan, tergeletak di atas tikar, Salima menjaga dan mengobati.

Uang dicari nasi dimasak, besar jasanya si Salima, tidak patut dia bercerai, kata pikiran Barbangso, berkata-kata sendiri, terbayang perasaian, dengan Salima tidak patut bercerai, teringat akan baik jandanya, menyesal bercerai dengan Salima, bersuami ia dengan nan lain, anakku berbapak tiri, disuruh dimarahi bapaknya, konon bapak tiri sayangnya, sampai dibibir saja, di hati ingin mencelakai, bermacam ingatan pada masa itu, kini apalah daya, hutang selilit pinggang, setiap sore orang menunggu, janji Rabu ke Sabtu, habis kesabaran orang meminta, orang merasa diolok-olokkan, rintang dari janji ke janji, maka mengadulah orang ke polisi, dituduh menipu merayu, sengsara badan kesudahannya, kalau dilelang barang, hanya tinggal seperempat, hutang belum selesai juga, begitu banyak hutang, terbit takut St. Barbangso, takut sekali ke orang Cina, Cina dirayu berjelas-jelas, mengadu orang Cina, dihukum masuk penjara, dijual barang nan tinggal, diborongkan habis-habis, satu pun tidak ada nan tertinggal, pada malam itu tidak sepicing, mata tidak mau tidur, negeri mana nan diturut, rantau mana nan ditempuh, bulat

37