pikiran masa itu, maksud pulang ke Padang, singgah ke Medan melihat anak, dua kali ayam berkokok, cukup ketiga hari pun siang, bangunlah Sutan Barbangso, sudah pula dicuci muka, hari juga masih pagi sekali, jalan langang pintu di tutup, cuaca belum begitu terang, dia melihat ada mobil menuju Medan, dikejarnya mobil cepat-cepat, karena baik peruntungan,sampai mobil langsung berjalan, tinggalkan negeri Koto Rajo, hendak memasuki negeri Medan, hati di dalam rasa tidak tenang, rasa akan terlihat oleh orang, pergi berjalan melarikan hutang, takut dengan Incek Capuak, orang Cina Koto Rajo.
Mengecoh orang berterang-terang, bila ketahuan Cina Capuk, berjalan melarikan badan, entah apa kan jadinya, dipikir-pikirnya sendiri, berkata-kata dalam hati, darah di dada turun naik, menjelang sampai di kota Medan, darah di dada turun naik, rasanya kita dikejar orang, lari mobil rasanya lambat, orang berhenti turun naik, sakit hati Barbangso, rasa ingin ditolak, mobil itu agar cepat sampai, lama lambat dalam mobil, sampai juga mobil di Medan, mobil berhenti di jalan Gaton, turun orang nan banyak, turun pula Sutan Barbangso, hari sudah mulai senja, perut terasa lapar, berjalan ia ke warung nasi, warung nasi orang Padang, sudah makan dan minum kopi, tampak olehnya si Kayo dalam warung, kawan berjualan masa dahulu, bertanyalah Sutan Kayo, kapan Barbangso datang di Aceh, masihkah sutan berjualan, menjawab Sutan Barbangso, sebentar ini turun dari mobil, maksud hati hendak ke Padang, tidak kuat lagi di Koto Rajo, tidak berpaham hidup di situ, rencana dialihkan, ke nan lain kata Sutan Barbangso, lalu menjawab Sutan Kayo, saya mendengar dari orang, Barbangso bercerai dengan istri, apakah salah dan sebabnya, setelah banyak anak maka bercerai, tidak kasihan anak nan ditinggal, anak Barbangso susun paku, katanya Sutan Kayo.
Menjawab Sutan Barbangso,
Terlantung tali rabab
Tersinggung di orang lalu;
Tiada guna dicari sebab
Habis untung cerai dahulu.
39