Halaman:Amai Cilako.pdf/54

Halaman ini telah diuji baca

nasi, sedang berkata dia duduk bersila, bersila duduk di samping anaknya, diusapnya kepala si Baiti, lalu menjawab mandeh Salima, sakitnya delapan hari, tiga hari lamanya tertidur, tidak makan sesendok juga, katanya mertua Barbangso, menjawab Sutan Barbangso, siapa dukun nan mengobati, sambil berkata demikian, sudut matanya ke Salima, tampak jandanya bertambah muda, elok rupanya dipandangi, menjawab mandeh Salima, sambil mengisi kopi, diletakkan katan dan goreng pisang, makanlah ketan Sutan, air terletak diminum, mengenai obat si Baiti, kini berobat dengan orang Batak.

Mendengar perkataaan demikian, minumlah Sutan Barbangso, sedangkan kepada si Salima, dilihat janda dengan sudut mata, berubah badan dipandangi, berlain daripada dahulu, badan kurus kehitaman, jenggot tidak bercukur, celana dan baju usang pula, sedih hatinya Salima, melihat janda demikian, tetapi sungguhpun demikian, tidak berkata sepatah juga, sambil menunduk melihat anak, lalu bertanya mandeh Salima, dimana sutan berjualan, lama tidak ada kelihatan, apa jualhan sutan kini, menjawab Sutan Barbangso, saya berjualan di Koto Rajo, berjualan barang pecah belah, jualan di situ sangat buruk, banyak rugi daripada untung, sedang berkata demikian, tiba polisi tiga orang, dikepungnya rumah si Salima, berkata komandan polisi, adakah di dalam si Barbangso, terkejut Sutan Barbangso, muka pucat seperti kain putih, menggigil badan ketakutan, berkata opas polisi, tuan bernama si Buyung, bergelar Sutan Barbangso, kami mendapat perintah, menyuruh bawa ke kantor, kantor polisi kota Medan, perintah keras dari atas, Salima melihat janda demikian, heran tercengang memikirkan, apa sebab penyebabnya.

Berjalanlah Sutan Barbangso, dilihat banyak orang, merah mukanya menanggung malu, menjelang sampai di kantor, tercengang orang melihat, terpercik keringat Barbangso, mukanya hitam menanggungkan malu, seperti seorang penjahat, Sutan Barbangso tiba dalam kantor polisi, Incek Capuak di dalam, ia telah

43