Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 2.pdf/26

Halaman ini tervalidasi

meninggal, ajarannya mengalami berbagai perubahan. Demikianlah maka sifat stupa itu sejak zaman dahulu mengalami perubahan-perubahan juga, dan bangunan itu sendiri kemudian menjadi tujuan pemujaan. Dan mungkin demikian pulalah halnya dengan stupa di Sumberawan itu. Tempat yang tenang dengan telaganya itu mungkin sejak lama sebelum bangunan itu didirikan telah mempunyai kekeramatan yang menyebabkan dipandang sebagai sebuah punden. Dan untuk menetapkan dan untuk memperkuat pikiran itu maka didirikanlah stupa tersebut, yang mungkin dahulu menjadi tujuan pemujaan dan penyembahan.

CANDI SONGGORITI
Candi Songgoriti terletak di Desa Songgoriti, sebuah tempat di pegunungan pada kaki antara Gunung Kawi dan Gunung Anjasmoro. Dapat kita capai dari Batu (kira-kira 18 km dari Malang) melalui simpang jalan ke barat.

Candi itu didirikan di atas sebuah sumber yang dahulu mengeluarkan air yang mujarab. Tempat yang mungkin sejak dahulu terkenal sebagai punden semacam itulah yang sebaik-baiknya untuk mendirikan sebuah bangunan suci, suatu peristiwa yang dapat kita pandang sebagai penguatan anggapan yang tersembunyi di belakangnya. Sebagaimana telah kita lihat di atas, pertimbangan semacam itulah yang menjadi dasar pendirian stupa di Sumberawan. Sumber itu sendiri sudah sejak lama tidak mengalir lagi; mungkin itulah salah satu dari sebab-sebab mengapa orang dengan tidak merasa keberatan mempergunakan batu-batu yang terjatuh dari candi itu dan batu-batu yang lepas untuk membendung sumber-sumber yang lain yang timbul di dekatnya. Sebagai akibatnya yang sangat menyedihkan ialah bahwa dari bangunan itu tidak banyak yang tinggal kecuali sebagian dari baturnya yang persegi panjang, diatas mana berdiri candinya. Dari candi itu sendiri hanyalah tinggal sebagian dari tubuhnya.

Dalam banyak hal, di antaranya denah bujur-sangkar dengan penampil-penampilnya dan juga cara mengerjakan perhiasan-perhiasan, Candi Songgoriti itu dapat dikatakan bercorak Jawa Tengah, dan ada cukup alasan untuk memasukkannya dalam golongan candi-candi yang tertua di Jawa-Timur. Beberapa buah arca yang terdapat di dekatnya dan yang sebagian masih terdapat dalam relung-relung bangunan itu (Durga di sebelah utara) menunjukkan bahwa bangunan itu bersifat Siwa. Bidang-bidang dinding candi di samping relung-relung dihiasi dengan pigura-pigura berukiran gambar orang berdiri. Alas-alas batur di sebelah selatan dan barat telah hilang, sehingga bagian bangunan itu dapat kita lihat sebaik-baiknya dari sebelah utara. Dahulu di situ terdapat sebuah tangga, meskipun tidak asli. Pada kaki candi masih kelihatan lubang-lubang tempat sumber air, yang sekarang merembes-rembes, dialirkan dari ruang candi melalui saluran-saluran di dalam batur ke pancuran-pancuran. Di tengah-tengah lantai bilik-candi yang dapat kita masuki dari sebelah selatan terdapat sebuah perigi tempat air tersembul dengan perlahan-lahan. Apakah itu juga dipergunakan sebagai perigi-candi tidak terang. Tidak ada didapatkan sebuah peripih. Yang ada didapatkan di dalam tanah di dekat alas candi pada waktu pekerjaan pemugaran pada tahun 1938 ialah empat buah peti batu. Di antaranya ada yang berisi yoni-yoni dari perunggu dan lingga-lingga dari emas, mata uang-mata uang, dan kepingan-kepingan emas yang ditulisi nama-nama dewa.

CANDI BADUT
Candi Badut terletak kira-kira 10 km dari Malan.g Orang dapat mencapainya dengan mengikuti jalan ke Batu sampai di Dinoyo, kemudian membelok ke selatan sampai Karangasem. Dari sini orang terus berjalan ke barat, dan setelah melewati Kali Metro sampailah orang di Desa Badut. Di sebelah baratdaya desa itulah terletak candinya di atas sebuah dataran tinggi. Dari lapangan percandian orang mempunyai pemandangan yang indah atas daerah pegunungan di sekitarnya yang terjadi dari Gunung Kawi, Candi Badut terletak di atas kaki gunung itu, Gunung Arjuno di sebelah barat, Pegunungan Tengger di sebelah utara, dan Gunung Semeru di sebelah timur. Candi Badut terletak di kaki Gunung Kawi.

Candi Badut didapatkan pada tahun 1923 secara kebetulan. Pada waktu itu tidak banyak yang kelihatan kecuali sebuah bukit batu-batu runtuhan dan tanah. Di atas dan di sekitarnya tumbuhlah beberapa pohon. Dari sisa-sisa yang kelihatan itu dapatlah sudah ditentukan bahwa orang berhadapan dengan sebuah candi yang banyak mempunyai sifat-sifat Jawa-Tengah Kuno dan dengan demikian tentulah sebuah candi yang sangat tua. Candi itu telah dibangun kemba-

21