lingkaran kecil sepusat, lingkaran-lingkaran kecil yang dihubung-hubungkan dengan garis lurus, atau ikal, pola tangga, dan meander yang serong. Tetapi sebagai hiasan bidang ada juga lukisan-lukisan orang, hewan, dan rumah-rumahan yang naturalistis dan terutama lukisan burung yang merupakan burung bangau yang berparuh panjang yang hampir selalu terbang dari kiri ke kanan, jadi berlawanan dengan arah jalannya jarum jam. Di pinggir bidang pemukul kebanyakan terdapat empat ekor katak yang plastis, aada yang dianggap sebagai pembuat hujan. Badan nekara dapat dibagi atas 3 bagian ialah: bagian atas yang cembung dan tampil jauh dari bidang pemukul, bagian tengah yang berbentuk cylinder, dan bagian bawah yang melebar ke bawah. Pada bagian atas acapkali terlukis enam perahu berbentuk bulan sabit, dengan anak buah perahunya dan penumpang-penumpangnya yang terdiri dari orang-orang yang menyamar sebagai burung. Perahu-perahu itu membawa nyawa orang mati ke alam baka. Suku-suku bangsa Dayak seperti Ot Danum dan Olo Ngaju pada perayaan-perayaan kematian kini masih mempergunakan papan kayu yang berlukiskan gambar-gambar yang demikian itu. Seperti orang Batak, mereka masih percaya kepada adanya sebuah pulau gaib di tengah samudera, tempat kediaman nenek moyang telah meninggal; Pulau itu ialah pulau abadi; di situ orang tidak dapat mati.
Sebagaimana juga halnya di Indo-China, maka nekara-nekara di Indonesia adalah salah satu dari anasir-anasir yang teramat karakteristik bagi kebudayaan Dong Son. Nekara-nekara itu yang di Museum Jakarta diwakili dengan sekumpullan sekumpulan yang indah, semua termasuk dalam bentuk Heger I, kecuali dari Banten yang termasuk dalam bentuk ke-4, yang mungkin di masukkan dari Tiongkok, dan nekara Pajeng di Bali yang merupakan sebuah moko raksasa.
Anehnya ialah bahwa nekara-nekara yang tersebar dan terindah terdapat di bagian timur Indonesia, seperti di Bali, Salayar, Roti, Leti dan kepulauan Kai. Betul juga Museum Jakarta mempunyai kira-kira 12 buah nekara atau bagian nekara dari pulau Jawa antara lain beberapa buah yang indah, tetapi tak bisa mengimbangi nekara-nekara yang misalnya dari pulau kecil Sangeang atau dari Salayar. Dahulu di Cibadak ada tergali sebuah nekara kecil dari perunggu yang tak usah disangsikan lagi dapat dianggap sebagai bekal kubur. Tingginya hanya 91 mm. Dari Sumatera kita hnya mengenal 3 keping pecahan nekara yang sudah sangat usang.
Nekara terbesar yang pernah ditemukan adalah "Bulan Pejeng" yang termasyhur itu. Tingginya melebihi orang, ialah 1.86 m dan bidang pemukulnya mempunyai gari tengah di 18.0 m. Sejak dahulu kala nekara itu telah menarik perhatian orang. ?Dalam tahun 1704 nekara itu telah disebut oleh Rumphius, yang tidak lupa pula menceriterakan kepada kita pendapat orang Bali pada masa itu tentang artinya dan cara mereka menerangkan warna hitam kebiru-biruan dan nekara itu; demikian: "Die van Baly geloven vastelijk zoo helder schijnende, dat het de nacht verlichtee, doch las zeker Fielt op een tijd daar tegen aan piste, op dit licht gestoord zijnde, omdat het hem in zijn nachtelijke dieverijen belette, zoo is het van die tijd afverroest en donker geworden; evenwel heeft nooit de Koning van Baly het hert gehad dat stuk van zijn plaats te brengen of eits daar van afte kappen, maar heeft's zelver aldus ter gedagtenis laten laggen'.
Nekara itu masih saja dipuja-puja dan satu orang asing tak diperbolehkan melihatnya. Satu-satunya orang yang bisa memberikan uraian dengan baik dan bisa menggambarnya ialah pelukis seni W.C.J. . Nieuwenkamp. Ia menunjukkan perbedaan-perbedaan yang nyata dengan nekara-nekara yang lain, seperti: tingginya yang bukan main bila dibandingkan dengan lebarnya, bidang pemukulnya yang lebih besar daripada badannya, sehingga tampil 25 cm keluar, batas-batas yang sangat jelas dari bagian-bagiannya, tampang lurus dari bagian tengahnya, telinga-telinganya yang besar yang di tengah lebih lebar daripada di tempat hubungannya. Selanjutnya ia mengemukakan hiasan-hiasannya di antaranya kedelapan sinar di atas bidang pemukul, dan lain-lain hiasan lagi seperti garis-garis lekuk dengan lingkaran-lingkaran. Pula ditunjukkannya adanya empat kali dua lukisan kedok yang aneh dan indah pada badan nekara dengan telinganya terulur panjang; pada telinga itu terdapat perhiasan yang berbentuk mata uang, dan berhidung panjang. Walter Spies dahulu menemukan sebuah bagian dari cetakan batu di Manuaba di Bali yang digunakan orang untuk pembuatan nekara tipe Pejeng di tempat itu, meskipun dalam ukuran yang lebih kecil. Jadi nekara itu tidak dimasukkan ke sini
49