Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 3.pdf/18

Halaman ini tervalidasi

Kemudian kami mengunjungi Walikota di kantor untuk pamitan dan mengucapkan terima kasi atas segala bantuan beliau di dalam Kota Palembang. Pun kami perlukan menemui Mr. Liem dari N.V Ong Boen Tjit untuk menyatakan terima kasih kami.

 Sementara para angguta rombongan yang akan meninggalkan Palembang berkemas-kemas, Sdr Casparis beserta dengan Sdr. Damais dan Buchari pergi ke kuburan Tiongoa di Talang Krangga untuk mencari keterangan-keterangan yang mungkin dapat memberi bahan sejarah. Ternyata penyelidikan di sini tidak membawa hasil diharapkan. Kecuali sangat luasnya pekuburan ini, seluruhnya tertutup sama sekali oleh alang-alang, sedangkan banyak kuburan tidak berangka tahun. Di tepi jalan-jalan kecil di sana hanya terdapat kuburan-kuburan dari zaman Republik Tiongkok (sesudah 1911). Hanya satu berangka tahun pertama pemerintahan Hsiuan-T'ung (1909 M) dan ada lain lagi dari tahun ke-14 T'ung Vhih (1875 M). Tidak mustahil bahwa penyelidikan lebih seksama di semua kuburan-kuburan Tionghoa akan dapat memberi sesuatu hasil (menarik misalnya kuburan-kuburan yang terletak di dekat Gunung Mahmuri (!) di bagian timur Palembang Ulu)).

 Pk. 11.45 rombongan yang datang ke Lahat diantarkan Sdr. Saleh ke boom DKA untuk melanjutkan perjalanan mereka naik kereta api. Setelah itu berangkatlah rombongan selebihnya ke Talang betutu Pk. 1.10 Ban Heekeren terbang ke Jakarta dan pk. 1.40 rombongan jambi naik ke udara.

 Petang hari rombongan de Casparis mengunjungi keramat Ario Dilah dan Ario Damar. Kedua Ario ini dianggap bersaudara, sedangkan saudara yang ketiga, Ario Carang "hilang" didalam sumur tak jauh dari situ. Makam di sini lebih besar dari pada makam-makam umumnya, dan batu nisannya menarik perhatian. Sayang bahwa tulisan yang ada pada kuburan Ario Damar sudah tidak dapat dibaca lagi.

Keadaan Candi Gumpung, Muara Jambi

13