kuasa atas batu-batu itu. Jurai Tuwa pun dalam hal ini tidak dapat memberikan jawaban yang pasti, artinya ia tidak melarangnya dan tidak pula mengizinkannya, jadi hal ini diserahkan kepada kami sendiri, sebab katanya, belum pernah ada orang-orang di luar dusun ini yang melihat atau menyelidiki batu-batu tersebut, apalagi waktu zaman penjajahan, orang Belanda sekalipun yang ingin melihatnya tidak diizinkan. Tetapi katanya pula, oleh karena sekarang kita telah merdeka dan penyelidikan ini untuk kepentingan nusa dan bangsa kita sendiri, maka keputusan ini diserahkan kepada kami sendiri. Bersama-sama dengan Jurai Tuwa kami menuju rumah kecil, di mana tersimpan batu-batu yang kami maksudkan itu. Sebelum kami menaiki sebuah tangga ke atas rumah itu, maka terlebih dahulu naiklah Jurai Tuwa itu ke atas rumah itu; sambil menghadap batu-batu tadi keluarlah dari mulutnya ucapan-ucapan yang tak dapat didengar apalagi dimengerti. Setelah selesai ia berbuat demikian itu, turunlah ia dan kami pun naiklah satu demi satu ke atas rumah itu setelah membuka sepatu kami. Di atas kelihatanlah dua buah benda yang terbungkus kain putih dan di atasnya tergantung payung. Dengan perlahan-lahan kami buka tutupan itu, dan terlihatlah dua buah batu.
Pk, 3.30 kami kembali ke Lahat.
Senin, 8 Maret 1954
Pk. 8 pagi kami mengunjungi kampung KarangIndah, di mana terdapat sebuah arca orang naik gajah, yang dinamakan oleh penduduk di situ arca "Puteri" dan di samping itu kami memeriksa pula teras-teras di sepanjang Sungai Lematang untuk mencari benda-benda (alat-alat batu) dari zaman prasejarah.
Menurut cerita arca "Puteri" tersebut asal mulanya seorang adik perempuan si Pait Lidah yang dikututnya menjadi batu. Kepala arca yang terlepas dari badannya, sekarang sudah dilekatkan kembali pada badannya dengan semen. Arca ini masih dipelihara dengan baik dan menjadi pujaan penduduk di situ. Di tempat arca ini dibuatkan oleh penduduk sebuah perumahan. Teras-teras di Sungai Lematang itu telah merupakan hutan lebat yang ditumbuhi dengan kayu-kayuan yang besar-besar.
Pk. 11 kami kembali ke Lahat dan sejam kemudian kami melanjutkan peninjauan kami ke Tinggihari, di mana banyak terdapat arca yang pernah diselidiki oleh v.d. Hoop. Jalan yang kami tempuh ke Tinggihari itu sangat buruknya dan sangat mendaki, sehingga Jeep yang kami tumpangi itu mempergunakan versnelling satu. Celakanya bagi kami karena di tengah jalan kendaraan kami mendapat kerusakan mesin dan salah satu dari ban depannya kehabisan anginnya, sehingga kami terpaksa mendorong kembali Jeep tersebut ke bawah dan kami meneruskan perjalanan kami ke Tinggihari dengan berjalan kaki. Pada jarak 5 km dari Tinggihari kami menjumpainya beberapa arca yang semuanya ini telah dicatat oleh v.d. Hoop dalam bukunya. Hanya sebuah arca yang merupakan menhir belum jelas diselidiki, mungkin sekali pada waktu v.d. Hoop mengadakan penyelidikan ini menhir tersebut terlentang di tanah, sedangkan sekarang telah didirikan kembali, sehingga bentuk-bentuk menhir tersebut kini dapat terlihat dengan jelas.
Arca-arca dan menhir itu semuanya terletak di tepi jalan Pulau Pinang dan Tinggihari dan menurut keterangan dari orang-orang yang pernah meninjau sendiri, di kiri kanan jalan terscbut, di tengah-tengah hutan dan alang-alang masih ada lagi kl. 6 buah arca/megalith yang belum pernah diselidiki. Oleh karena hari telah menunjukkan pk. 5 sore, maka kami pun kembali sampai ke Pulau Pinang dan dari sini kami menumpang sebuah truk menuju Lahat dan tiba di sini pk. 7 malam.
Selasa, 9 Maret 1954
Pk. 8 pagi kami sudah bersiap-siap akan meninjau Bungamas, karena di sana terdapat bekas perbengkelan alat-alat batu zaman batu muda (Neolithicum). Oleh karena kami tak ada kendaraan, kami pergi ke pasar untuk mencari bus, akan tetapi hanya ada sebuah buslah yang akan berangkat pk. 12 ke Bungamas. Kami terus menuju ke kantor Kawedanan untuk meminjam kendaraan. Akhirnya dapat juga kami pinjaman sebuah pic up, yang membawa kami ke Bungamas. Setibanya kami di sini terlebih dahulu kami mengunjungi Sdr. Camat Bungamas. Diantar oleh beliau dan beberapa orang sebagai penunjuk jalan, kami menuju ke tempat-tempat yang katanya banyak terdapat batu api. Tempat bekas perbengkelan yang diketemukan oleh Tobler dapat kami jumpai, di mana diberi tanda tugu, dan di sekitar tempat ini
28