kami mendapatkan beberapa pecahan-pecahan batu yang dipergunakan sebagai alat pada zaman batu muda.
Kami meneruskan perjalanan kami ke Lubuk Layang untuk memeriksa dasar Sungai Saling yang mengalir di sana, di mana kami mendapatkan beberapa buah alat-alat batu dari zaman batu tua.
Dari sini kami terus ke lembah Sungai Kikim, di mana kami mendapatkan pula beberapa buah batu yang bentuknya serupa dengan alat-alat batu dari Pacitan, hanya jenis batunyalah yang berbeda. Banyak di antara penduduk Bungamas sampai sekarang masih menyimpan neolith yang sudah dipolijs sebagai pusaka.
Pk. 4 sore baru kami kembali ke Lahat.
Rabu. 10 Maret 1954
Hari ini adalah hari penghabisan kami di Lahat. Selama menunggu bus yang akan pergi ke Pagaralam, yang berangkat baru pk. 2, kami meninjau ke dusun Karangdalam, di mana terdapat sebuah batu (menhir), yang oleh penduduk di sana dinamakan 'Batu Haji". Konon menurut cerita asal batu tadi dari Mekah, yang dibawa oleh seorang haji ke daerah itu.
Pk. 12 kami kembali ke Lahat dan pk. 2 dengan bus kami menuju Pagaralam.
Kamis, 11 Maret 1954
Setelah kami memberitahukan tentang kedatangan kami kepada Pamong Praja di Pagaralam, yang memang telah lama pula mereka menunggu kedatangan kami itu, maka kami melanjutkan perjalanan kami untuk mengadakan peninjauan di Dusun Tanjungara. Di sini terdapat dua bilik batu (steenkamers), yang merupakan kuburan, yang dahulu pernah digali oleh de Bie. Bilik batu itu kini telah tertimbun kembali di dalam tanah. Setelah bilik batu tersebut dibersihkan barulah kami masuk ke dalamnya untuk mengadakan penyelidikan. Pada dinding-dinding bilik itu terlihat coretan-coretan yang merupakan gambar-gambar. Salah satu dari dinding ini telah dibawa oleh v.d. Hoop ke Jakarta yang sampai sekarang masih da-
29