Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 3.pdf/43

Halaman ini tervalidasi

sekali menentukan sesuatunya dengan ketelitian 1000 tahun, maka menurut Verstappen umur 2.000 tahun itu haruslah umur yang paling muda. Lebih muda lagi tak mungkinlah.

Dalam disertasinya "Jakarta Bay" Verstappen berhasil menentukan bahwa umur dataran rendah pantai utara Jawa Barat : 5.000 tahun. Meskipun jangka waktu ini mungkin sekali agak terlalu luas, namun nampak benar perbedaannya dengan 2.000 tahun hasil Obdeyn. Obdeyn melakukan perhitungannya berdasarkan pengendapan ke satu arah (liniaire annslibbing), sedangkan Verstappen dengan mengingat bahwa pengendapan juga membawa akibat pergantian arah mengalirnya sungai, berdasarkan perhitungannya atas luas pengendapan (aanslibbing in oppervlaktematen). Scharusnya, agar lebih teliti lagi, perhitungan dikerjakan dengan ukuran-ukuran kubik, tetapi ini tidak mungkin dijalankan.

Satu kesukaran lagi yang dikemukakan oleh Verstappen ialah kenyataan, bahwa di dalam zaman holosen laut mencapai permukaan yang setinggi-tingginya kira-kira 5.000 tahun yang lalu, sebelum itu permukaan laut semakin naik, sejak mencapai permukaan yang terendah selama zaman-zaman es (pleistosen), sedangkan sesudah itu air laut turun lagi beberapa meter atau tanahnya naik beberapa meter. Dengan kenyataan ini maka tentunya masuk akal untuk mengatakan bahwa justru 5.000 tahun yang lalu itulah mulai terjadi dataran rendah di sepanjang pantai, karena Sundaplat telah tergenang air sama sekali dan laut menjorok ke dalam daratan sejauh-jauhnya Gadi kira-kira sampai garis perbatasan tertiair dan alluvium). Jika demikian halnya, maka timbullah pertanyaan, ke manakah lumpur yang diendapkan selama waktu antara 5.000 tahun yang lalu dan 2.000 tahun yang lalu?.

Sementara itu Verstappen sendiri lebih condong untuk mengambil jalan tengahnya, yaitu bahwa pembentukan dataran-dataran alluvium di tepi Laut Jawa pada umumnya dimulai antara 5.000 dan 2.000 tahun yang lalu. Dapat ditambahkan bahwa di tepi pantai dahulu Teluk Jakarta ada ditemukan benda-benda neolithicum. Kalau kita mengingat bahwa neolithicum di negeri kita kira-kira berasal dari tahun 1.500 sebelum Masehi (Von Heine Geldern dIl), maka jalan tengah tadi itulah yang agaknya paling mendekati kebenaran.

Pengendapan lumpur Air Musi mula-mula terjadi di dekat Sekayu sekarang, dan kemudian berangsur-angsur ke timur. Baru kemudian sekalilah pantai antara Palembang-Jambi diperlebar dengan lajur tanah datar alluvium. Dan inilah, ialah bahwa dalam zaman Sriwijaya abad ke-7 Palembang tentunya masih di tepi pantai, hal yang terpenting bagi ilmu purbakala dan sejarah kuno!

Tanah tertier di belakang Palembang, yang merupakan jazirah dengan diapit oleh lembah Air Musi dan lembah Sungai Teluktanggulang, adalah tanah neogen (tertiair muda) yang dalam masa akhir pliosen-awal pleistosen melipat. Dalam zaman plestosen jazirah ini diliputi oleh vulkanischetuffen. Tanah tua ini terdiri atas 'lateriet" yang berwarna merah dengan banyak alang-alang, sedangkan oleh pembuatan-pembuatan ladang hutannya yang semula sudah hilang kecuali di lembah-dembah sungai. Kedua hal inilah sangat mempermudah peninjauan dari udara untuk menentukan batas dari tanah-tanah muda yang warnanya hitam dan rindaing hutannya dengan tumbuh-tumbuhan rawa yang semakin rendah letaknya semakin jarang. Di tempat-tempat yang terendah bahkan adanya hanya air saja.

Di Palembang tanah tua ini lambat laun melandai dan 'tenggelam" dalam dataran pengendapan yang muda ini. Dari udara nampaklah jelas, dimana tanah tua itu mulai tenggelam di Palembang, ialah di sebelah barat menara air, kira-kira di tempat Gereja Ayam di Jalan Merdeka.

Oleh karena tanah tua ini berbukit-bukit kecil (lereng-lerengnya disebut "talang", seperti Talang Betutu, Talang Jawa, dsb.),maka dapat diharapkan bahwa di sana-sini timbul beberapa puncak dengan lapisan-lapisan pleistosen di atas dataran tanah muda itu.

Di dataran muda ini dapat dibedakan "renah" dan "lebak", Renah ialah lereng-lereng (punggung-punggung) yang beberapa meter tingginya di tepi sungai sekarang atau bekas lewat sungai dahulu. Lebak adalah bagian-bagian rendah di antara renah-renah dan di antara renah dan talang.

Tempat-tempat kuno tentunya harus dicari di atas talang-talang, dan khususnya di tempat tanah tua ini melandai ke tanah muda, juga di mana puncak-puncak bukit dengan tanah pleistosennya timbul di atas dataran ("pulau-pulau kuno"). Adapun tempat-tempat kediaman yang lebih muda terdapatnya di atas renah-renah, satu-satunya tempat kering di antara rawa-rawa, kecuali pulau-pulau tadi itu. Pulau-pulau semacam ini nampak

38