Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/132

Halaman ini tervalidasi

124

  1. Mencegah perkawinan anak-anak.
  2. Mengirimkan mosi kepada pemerintah agar:
    1. Secepatnya diadakan fonds bagi janda dan anak-anak.
    2. Tunjangan bersifat pensiun jangan dicabut.
    3. Sekolah-sekolah putri diperbanyak.
  3. Mengirimkan mosi kepada Raad Agama agar tiap talak dikuatkan secara tertulis sesuai dengan peraturan agama.

Pada tahun 1938 R.Ay. Mursandi meninggalkan Muntilan pindah ke HIS Katholik Solo. Setelah pindah ke Solo, R.Ay. Mursandi masih tetap aktif dalam organisasi Wanita Katholik. Mursandi masih tetap aktif dalam organisasi Wanita Katholik.

Pada tahun 1933 R.Ay. Suryo Mursandi bersama Ny. Th. Harjosubroto, Ny. Singgih dan Ny. Suyudono duduk sebagai pengurus Armenzarg. Organisasi ini bergerak dalam bidang sosial yaitu memelihara orang-orang miskin. Organisasi Armenzarg didirikan oleh isteri Gubernur Ori. Raden Ayu Suryo Mursandi dan Ny. Th. Harjosubroto duduk sebagai pengurus karena mewakili Wanita Katholik.

Pada tahun 1942 kabut Perang Dunia II tampak pula dicakrawala Hindia—Belanda. Wanita Katholik sebagai pengisi cakrawala tersebut terkena getahnya pula. Pada 8 Maret 1942 itu berakhir pula penjajahan Belanda di Indonesia dan Bala Tentara Jepang mulai menduduki Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang ini, semua organisasi wanita dinyatakan dilarang, tidak terkecuali Wanita Katholik. Pemerintah Bala Tentara Jepang melebur semua organisasi wanita dan sebagai gantinya berdiri Fujinkai yang menerima rencana kerja dari Pemerintah Bala Tentara Jepang. Pada masa Jepang ini R.Ay. Suryo Mursandi tidak masuk menjadi anggota Fujinkai. Ia membantu suami menegakkan ekonomi rumah tangganya dengan membuka warung kelontong. Hal ini disebabkan karena pada masa penjajahan Jepang ini keadaan ekonomi rakyat Indonesia pada umumnya sangat jelek.

Pendudukan Jepang berakhir ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Pada bulan