Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/143

Halaman ini tervalidasi

135

Patih Mertoatmojo mempunyai minat yang besar di bidang kesenian terutama kesenian tradisional. Di Dalem Kepatihan mempunyai seperangkat gamelan yang setiap saat dipergunakan untuk belajar mengiringi pelatihan menari. Siang malam di Dalem Kepatihan sibuk dengan berbagai kegiatan.

Kehidupan keluarga Patih Martoatmojo penuh dengan kegiatan-kegiatan sosial. Meskipun mereka tidak dapat membaca dan menulis latin, tetapi dapat membaca dan menulis huruf Jawa, mampu mengorganisasi berbagai kegiatan sosial seperti mengadakan Fancy Fair (Pekan Raya) yang hasilnya disumbangkan pada sekolah kepandaian putri Van Deventer School di Semarang. Kecuali itu. R.Ay. Garminah Mertoatmojo menggerakkan para ibu pamong praja untuk menyibukkan diri dengan berbagai kerajinan tangan seperti membatik, menganyam, menyulam, dan sebagainya.

Patih Mertoatmojo orangnya sosial, suka menolong orang yang sedang kesusahan. Banyak para raja dari luar Jawa yang dibuang pemerintah Hindia Belanda ditampung Patih Mertoatmojo. Para raja buangan ini ditampung di rumah seperti tamu-tamu yang lain. Mereka tinggal di kepatihan sampai hukuman mereka habis. Patih Mertoatmojo sendirilah yang memberi makan mereka . Hal ini dilakukannya agar mereka tidak merasa dihukum, tetapi dianggap sebagai keluarga sendiri.

Kehidupan Patih Mertoatmojo ini ternyata sangat mempengaruhi watak putra-putrinya. Pengalaman yang mereka peroleh pada masa kecil begitu tertanam kukuh dalam hati sanubari mereka. Itulah sebabnya R.A. Bintang kelak juga suka menolong, berjiwa sosial dan aktif dalam bidang sosial.

Pada usia 7 tahun, RA. Bintang disekolahkan ke Zuster school. Ternyata R.A. Bintang dapat menyelesaikan studinya tepat pada waktunya. Dalam bidang agama Islam ia belajar di rumah dengan mendatangkan guru agama. Kadang-kadang juga belajar mengaji di mushola yang letaknya di belakang