Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/75

Halaman ini tervalidasi

67

Mengingat pentingnya semangat persatuan dalam menghadapi Belanda, maka dirasa perlu untuk membentuk suatu organisasi wanita yang merupakan fusi dari perkumpulan-perkumpulan wanita yang ada. Untuk itu kemudian diadakan Kongres Wanita Indonesia di Klaten 17 Desember 1945. Dalam kongres tersebut ternyata hanya Perwani dan Wani yang dapat dilebur dalam satu organisasi nasional, bernama Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari). Dalam kesempatan itu Ny. Sri Mangunsarkoro ditunjuk sebagai ketua Perwari. Walaupun Perwari sudah terbentuk, namun usaha untuk mempersatukan semua organisasi wanita tetap dilanjutkan. Pada 24 -- 26 Februari 1946 di Solo diadakan konferensi organisasi-organisasi wanita yang dihadiri oleh Perwari, Pemuda Putri Indonesia, Aisyah, Persatuan Wanita Kristen Indonesia dan Wanita Katholik Indonesia. Konferensi ini berhasil membentuk satu badan federasi bemama Badan Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Badan ini merupakan badan federasi dari Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), Pemuda Putri Indonesia (PPI), Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI) dan bagian wanita Partai Katholik Republik Indonesia (PKRI). Di samping badan tersebut dibentuk juga Pusat Tenaga Pejuang Wanita Indonesia (PTPWI) dipimpin oleh Ny. Sri Mangunsarkoro. PTPWI ini khusus untuk menghimpun dan memusatkan tenaga wanita dalam menegakkan pembelaan negara, karena itu terdiri atas organisasi perjuangan yang bersifat keagamaan dan ke-laskaran.

Pada bulan Juni 1946, Kowani mengadakan kongres di Madiun. Dalam kongres ini diputuskan bahwa Kowani dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat (OPP) yang terdiri atas wakil-wakil organisasi anggota. Dalam kesempatan itu Ny. S. Kartowijono ditunjuk sebagai ketua OPP sedang Ny. Sutarman menjadi wakil ketua. Di samping itu dibentuk pula sebuah Badan Pekerja dipimpin Ny. Jusupadi dan berkedudukan di Yogyakarta. Sementara itu keluarga Ny. S. Kartowijono berpindah tempat tinggal dari Jakarta ke Cirebon. Selama di Cirebon ia mengajar di Sekolah Guru Negeri. Walaupun saat itu ia sedang hamil, namun kegiatannya dalam pergerakan wanita tetap berlangsung.