Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/76

Halaman ini tervalidasi

68

Kongres Kowani tahun 1947 di Magelang, dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Panglima TNI Jenderal Sudirman. Di antara putusan yang penting ialah mengirimkan resolusi yang berisi rasa simpati pada 'de Nederlandse Vrouwenbeweging" yang me-nentang pengiriman pasukan Belanda ke Indonesia. Dalam kongres berikutnya tahun 1948 di Solo terjadi perselisihan pendapat antara perkumpulan-perkumpulan wanita yang bersumber pada perbedaan paham politik, tetapi akhirnya dapat diatasi. Di samping itu kongres juga mengadakan protes terhadap penembakan tentara Sekutu atas pandu-pandu Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Meletusnya pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948, mempersulit perkembangan organisasi-organisasi wanita, termasuk Kowani. Apalagi setelah terjadi serbuan Belanda ke Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948. Menghadapi keadaan seperti itu Kowani tidak tinggal diam. Mereka kemudian mengadakan pertemuan besar antara wanita Indonesia pada 26 Agustus - - 2 September 1949. Pertemuan ini dihadiri oleh 82 organisasi wanita dari Jawa maupun luar Jawa yang dipimpin oleh Ny. Maria Ulfah. Permusyawaratan ini berhasil membentuk Badan Kontak Bersama.

Setahun berikutnya yaitu 28 November 1950, Ny. Kartowijono dan kawan-kawan mengadakan rapat bersama antara "Kowani dan Badan Kontak Permusyawaratan Wanita Indonesia" di Jakarta. Rapat bersama ini berhasil membentuk suatu Sekretariat yang dipimpin oleh Ny. Maria Ulfah Santoso SH, Ny . Sunaryo Mangoenpoespito, Ny. S. Kartowijono dan Ny. D. Walandouw. Dalam kesempatan tersebut, antara lain diputuskan bahwa organisasi wanita hendaknya benar-benar mempelajari kedudukan wanita dalam perkawinan. Di samping itu agar kaum wanita mempergunakan haknya dalam pemilihan umum.

Masalah tersebut dibicarakan lagi dalam kongres di Bandung tahun 1952. Selanjutnya Kementerian Agama membentuk panitia Nikah, Talak dan Rujuk (NTR) dengan tugas menyelidiki