— 16 —
ada satoe boedjang jang koerang terpladjar, tapi hatinja djoedjoer dan adil, selamanja ia sanget tida soeka sama apa-apa jang melanggar keadilan atawa poen djahat. Salaennja itoe ia bisa djoega membatja sedikit, hingga iapoenja pengatahoean ada djaoeh lebih tinggi dari sasamanja; tapi sabaliknja iapoenja sesama pandang enteng padanja, kerna anggep ia sebagi saorang jang koerang sehat pikirannja soeka tjampoer oeroesan (atawa sedikitnja tjampoer moeloet) jang di loear iapoenja kalangan.
Sadari waktoe masih ketjil, Tan Kie Hou merasa sanget soeka pada itoe boedjang jang pande mengobrol; blakangan sasoedanja mendapet didikannja Tan Ko Wie ia moelai mengarti bahoea Tan A Toa boekannja boedjang sembarangan, hanja ada satoe boedjang jang mempoenjai pikiran sehat dan hati jang adil, sekali poen ampir semoea boedjang roemahnja pandang A Toa sebagi saorang jang sedikit koerang beres otaknja. Oleh kerna itoe djoega, ia djadi samingkin soeka pada boedjang itoe.
„He, A Toa, apa kaoe ada mempoenjai dongengan baroe?" menegor Tan Kie Hou. „Sekarang akoe djoestroe sanget mendongkol dan ingin kaoe tjoba hiboerken akoe poenja hati jang pepat."
„Akoe poenja dongengan tida bisa ada poetoesnja; tapi siaoya mengapa siang-siang soeda djadi mendongkol, dan hal apa jang soeda membikin siaoya djadi mendongkol?" kata Tan A Toa.
„Ach, kaloe maoe bitjaraken akoe poenja kamendongkolan, sasoenggoenja bisa membikin akoe djadi meloewap darah; dalem ini doenia sasoenggoenja tida ada keadilan sama sekali."
Sahabisnja berkata begitoe, Tan Kie Hou lantes toetoerken apa jang ia soeda liat koetika dalem per-