— 25 —
poenja badan, soepaja kaoe poenja pengrasahan mendongkol djadi linjap dan bisa tidoer dengen poeles."
Tan Kie Hou sadari lama tida taoe dioeroetin dan dipidjitin lagi oleh iapoenja goeroe, maka ia merasa sanget heran mengapa goeroenja maoe berboeat begitoe lagi padanja; tapi lantaran selamanja ia tida brani membantah goeroenja poenja prentah, maka ia lantes menoeroet dan kasiken dirinja dioeroet dan dipidjit, hingga dengen tida merasa lagi ia lantas mendjadi poeles dengen njenjak sekali.
Di hari jang berikoetnja, baroe ia bisa djadi mendoesin koetika matahari soeda moelai oendjoek ia poenja sinar di sabelah timoer. Itoelah boleh dibilang ada soeatoe hal jang bertentangan sama iapoenja kabiasahan, jang biasa soeda bangoen sadari djam lima, di waktoe mana ia moelai mejakinken iapoenja gerakan badan dengen ilmoe pat-twan-kim atawa poen ie-kin-keng, hingga ia lantes berlompat bangoen sembari berpaling ka djoeroesan pembaringannja iapoenja goeroe, dan ternjata sang goeroe soeda tida ada di atasnja, malah selimoet dan laen-laennja soeda diberesin lagi sebagimana biasanja djika sang goeroe bangoen dari tidoernja.
Tan Kie Hou boeroe-boeroe kaloear dari kamar boeat menjoetji moeka dan gosok gigi, kamoedian ia balik kombali ka kamarnja beresin iapoenja tempat tidoer. Sasoedanja itoe ia kaloear lagi dari itoe kamar dan pergi ka lapangan roempoet di sabelah blakang, dimana ia menampak goeroenja djoestroe lagi adjak memaen bebrapa temen sekola dengen roepa-roepa pergerakan badan. Tatkala Tan Ko Wie meliat Tan Kie Hou mendatengin, lantes sadja ia berpaling padanja sembari bersenjoem.