Halaman:Brosur Lagu Kebangsaan - Indonesia Raya.pdf/20

Halaman ini tervalidasi

13

Dewantoro) dan Wignjadisastra, Abdul Muis yang terkenal sebagai pejoang, ikut bekerja. Di sini Soepratman pun hanya sebentar. Kemudian ia dengan bakatnya musik pindah ke kamar bola (societeit). Dalam keadaan yang juga belum memuaskan, ia kemudian berkenalan dengan Harun Harahap. Menurut Kasansengari Harun Harahap menganjurkan Soepratman untuk bekerja pada Parada Harahap, seorang wartawan yang dulu bekerja di Medan dan kemudian di Jakarta dan menjadi wartawan terkenal, yang pernah menamakan diri “King of the Java Press”, ketika ia sudah mempunyai koran Bintang Timoer. Tapi sebelum ini Parada Harahap mendirikan bersama Harun Harahap kantor berita Alpena. Saat itu Belanda sudah mempunyai kantor berita yang berdiri 10 tahun lebih dulu, bernama Aneta, dibawah pimpinan Beretty. Alpena tidak lama hidupnya.

Maka Soepratman yang sudah merasakan bekerja dalam jurnalistik yang penuh petualangan karena banyak ranjau-ranjaunya, pindah ke koran Tionghoa Sin Po. Tugas wartawan Indonesia pada harian Tionghoa biasanya dikhususkan untuk mencari berita-berita dari masyarakat Indonesia. Waktu itu yang menarik adalah pergerakan nasional Indonesia. Apalagi di waktu itu sedang hangat-hangatnya Partai Komunis Indonesia yang dalam tahun 1926 melakukan pemberontakan. Selain itu lain-lain pergerakan dengan dasar nasional dan agama pun aktif. Dapat dibayangkan suasana panas. Hal ini bagi wartawan muda seperti Soepratman menarik. Penghidupan miskin rakyat Indonesia merupakan suatu hal yang bagi semangat muda menumbuhkan idealisme. Penanya menjadi tajam oleh pertentangan antara sana dan sini, pertentangan antara penjajah dan si terjajah. Apalagi suatu peristiwa mengenai dirinya yang pahit tidak mudah ia lupakan. Ia sebagai sudah dikatakan dikeluarkan dari sekolah Belanda dan pernah pula ia dikeroyok, dipukuli oleh sinyo-sinyo Belanda yang melontarkan kata-kata penghinaan “inlander kotor” (vuile inlander).