Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/110

Halaman ini tervalidasi

ikuti salah satu Ideologi, mereka akan berusaha untuk mempengaruhi wanita agar mengikuti ideologinja, dan memilih orang-orang jang ditjalonkan oleh organisasinja atau oleh partai-partai jang sefaham dengan organisasinja . Maka baiklah hal ini tidak kita bitjarakan disini, karena organisasi sematjam itu perdjoangannja pertama-tama dititik beratkan kepada ideologi partai jang diikuti.

Mengembalikan kepada proporsi.

Tetapi bagaimana halnja dengan organisasi wanita jang merupakan organisasi massa jang anggautanja terdiri dari orang-orang jang menganut berbagai agama dan mengikuti berbagai aliran aliran ?

Perlukan mereka mentjalonkan sendiri-sendiri ? Ataukah mungkin bersama-sama dengan organisasi-organisasi wanita lainnja untuk bersama-sama menjusun kekuatan, agar dengan begitu dapat di usahakan pasti ada wanita-wanita jang terpilih? Atau mungkinkah bekerdja bersama dengan sesuatu partai?

Dalam menentukan sikap inilah letak probleem organisasi-organisasi wanita jang sebagaimana halnja dengan organisasi-organisasi massa lainnja tidak begitu sadja dapat diatasi. Inilah jang menjebabkan mengapa banjak diantara organisasi-organisasi itu masih ragu - ragu.

Tetapi kalau kita dapat mendudukkan soalnja kepada tempat jang sebenarnja maka hal ini sebetulnja tidak begitu sukar. Bahwasanja pergerakan wanita harus aktif dalam pemilihan adalah suatu kewadjiban jang tak boleh tidak harus dipenuhi. Karena tertjapai atau tidaknja susunan masjarakat jang ditjita-tjitakan oleh pergerakan wanita banjak tergantung kepada bagaimana pendirian orang atau partai jang mempunjai pengaruh terbesar dalam parlemen dan konstituante. Sehingga mau tidak mau kita harus aktif dalam ikut menentukan hasil pemilihan . Andaikata jang duduk dalam parlemen dan lebih-lebih dalam konstituante sebagian besar adalah orang-orang jang anti perbaikan nasib wanita, anti perasaan kedudukan wanita dalam hukum dan pemerintahan dan sebagainja, maka pasti pergerakan wanita bukannja makin dekat, melainkan makin djauh dari tudjuannja. Oleh karenanja, tak boleh mereka bersikap atjuh tak atjuh, namun harus memainkan peranannja dalam mempengaruhi hasil pemilihan umum sesuai dengan azas dan tudjuan pergerakan wanita.

Selandjutnja djalan manakah jang sebaiknja ditempuh? Diatas telah kita kemukakan pertanjaan-pertanjaan jang djawabnja akan merupakan djawaban dari pertanjaan ini ; ialah, apakah organisasi-organisasi wanita akan mentjalonkan sendiri-sendiri, bersama-sama, ataukah melalui sesuatu partai. Sebelumnja ini didjawab, baiklah kita ketahui, bahwa dalam hati ketjil wanita pada umumnja hidup perasaan menginginkan adanja sebanjak mungkin wanita-wanita didewan- dewan perwakilan. Sebagai seseorang jang mendjundjung tinggi emansipasi wanita sebagai warganegara, sudah tentu perasaan jang demikian itu dapat dihargai. Tetapi dalam pada itu kita harus insjaf, bahwa dengan itu belum terdjamin bahwa tjita-tjita

wanita akan dapat terlaksana, dan bahwasanja soal-soal wanita akan dapat diselesaikan sebaikbaiknja sebagai diketahui wanita umumnja. Perlu kita sedari, bahwa kemenangan wanita tidak hanja terletak dalam banjaknja wanita jang terpilih , tetapi jang terpenting ialah siapa dan bagaimana sikap dan pandangan orang-orang jang terpilih itu terhadap soal-soal jang berkenaan dengan perbaikan nasib wanita. Sedjarah dewan-dewan perwakilan diluar negeri menundjukkan, bahwa anggauta-anggauta wanita didepan perwakilan tidak selalu memperhatikan nasib wanita. Sebabnja diantaranja, atau mereka sendiri memang masih mempunjai pendirian kolot, atau mereka terikat oleh pendirian partainja jang masih kolot, atau memang tidak dapat dan tidak mampu memperdjoangkan kepentingan-kepentingan wanita. Maka kalau kita mempunjai anggauta-anggauta wanita jang demikian diparlemen atau konstituante, biar beratus-ratus orang tidak ada artinja, malah suaranja mungkin sengadja atau tidak, hanja akan dipergunakan untuk memperkuat golongan jang hendak menghalangi kemadjuan wanita sadja .

Inilah jang perlu kita pertimbangkan semasak. masaknja. Pada hakekatnja jang mendjadi tudjuan kita adalah bukannja untuk mempunjai wakil dalam perwakilan sadja tetapi wakil itu hanja akan kita pakai sebagai alat untuk mentjapai tudjuan jang kita tjita-tjitakan.

Oleh karenanja, dengan tidak mengurangi keinginan, untuk mempunjai sebanjak mungkin anggauta wanita diparlemen dan konstituante jang pertama-tama harus diperhatikan ialah pendirian orang-orang jang kita pilih, bukan asal wanita. Lebih-lebih dengan keadaan seperti di Indonesia ini organisasi wanita jang satu beserta pemimpin-pemimpinnja mempunjai tafsiran jang lain terhadap perbaikan nasib wanita dari pada organisasi wanita lainnja. Lihat sadja mengenai P.P. 19. Demikian dengan keadaan partai-partai beserta pemimpin-pemimpinnja . Ada jang setjara statis masih berfikir dalam beberapa abad jang lampau, dan ada jang sudah madju. Oleh karenanja organi sasi-organisasi jang menghendaki kemadjuan wanita harus giat dalam memberikan penerangan penerangan, agar para wanita pandai memperguna kan sendjatanja jang berupa hak suara, dan djangan sampai mereka memberikan sendjata itu kepada orang atau partai jang akan memukul wanita.

Perlu kerdja-sama diantara organisasi-organisasi.

Demikianlah, maka kalau kita sudah dapat menempatkan soal wanita kepada proporsi jang sebenarnja sebagai dikemukakan diatas itu dengan mudah dapat dipetjahkan probleem dimana wanita akan berdiri ; ialah difihak jang berpendirian dan sanggup memperhatikan kepentingan wanita. Dalam pemilihan jang akan datang ini adalah kesempatan jang sebaik-baiknja untuk menundjukkan bahwa wanita sebagai warga-negara dapat menentukan hasil pemilihan. Dalam hubungan itulah hendaknja kita menindjau, apakah organisasi . organisasi wanita akan keluar dengan tjalon sendiri ataukah melalui partai. Dalam hal ini harus

96 ·