Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/116

Halaman ini tervalidasi

Didalam lapangan sosial demikian banjak wanita bergerak, sehingga sukar untuk meneropong satu usaha jang chusus. Jajasan Kesedjahteraan Kanak-kanak dibawah asuhan Nj. Samsuridzal, Nj. Arudji dan lain-lain sudah mulai dengan usaha jang njata membuka taman-taman kanak-kanak bermain dan sebagainja. Nj. Sutarman mulai dengan mentjari djalan memberantas prostitusi, sekalipun belum meningkat pada usaha jang konkrit, Nj . Milono, Nj. Gunawan, ah, terlalu banjak untuk disebut. Lapangan sosial ini memang sesuai dengan bakat kaum wanita. Karena itupun mendapat perhatian jang terbanjak. Diantara kaum mula maka saudara Hariatilah jang terkenal giatnja sebagai „social worker".

Kitapun mulai mengenal ,,business women" se bagai Saudara-saudara Nj. Moerdono, Nj. Bintang Soedibio, Nj. Lasmidjah dan lain-lain sekalipun usaha mereka dalam lingkungan jang terbatas. Dan Nj. Mandagi adalah anggota wanita didalam Dewan Ekonomi Pusat.

Sekian untuk sekedar diketahui.


5. SAMBUTAN-SAMBUTAN SURAT-SURAT KABAR.

Peristiwa penting dalam usaha wanita untuk memperbaiki baik kedudukannja sendiri maupun masjarakat umumnja mendapat sambutan pula dari berbagai surat kabar dan madjallah, jang pada umumnja menjokong penuh dan sangat menghargai perdjuangan kaum ibu itu.

Dalam tadjuk rentjana tertanggal 22 Desember 1953, S.k. „,Suluh Indonesia" menulis:

Tadjuk:

HARI IBU.

Djikalau dibandingkan kedudukan wanita Indo nesia dengan kedudukan wanita-wanita dilain negara, maka wanita-wanita kita tidak mempunjai alasan untuk berketjil hati . Hak-hak wanita baik jang tertulis, maupun jang tersirat dalam beberapa hukum adat dari berbagai-bagai suku bangsa di Indonesia ini, memberikan suatu kedudukan jang baik sekali kepada wanita-wanita. Hanja sepandjang masa segala ketentuan-ketentuan itu pudar dan tidak didjalankan dengan saksama, karena beberapa faktor jang berpengaruh atas hidup rochani dan djasmani dari pada wanita-wanita Indonesia.

Perlulah dimadjukan disini faktor ekonomi dan pendidikan jang memegang rol paling penting dalam mundurnja pelaksanaan dari hak-hak wanita itu.

Kepintjangan-kepintjangan dalam masjarakat wanita, timbulnja pelatjuran meningkatnja poligami, adanja tanda-tanda perdagangan perempuan, semuanja itu disebabkan karena perguletan untuk hidup dari sesuatu machluk jang dilahirkan diatas bumi ini, ditambah pula dengan kurangnja pendidikan jang bisa memberikan bekal hidup kepada mereka. Oleh sebab itu didalam menjambut peringatan seperempat abad pergerakan wanita ini, perkumpulan-perkumpulan wanita, tidak sadja harus be

kerdja memperbaiki kedudukan wanita diatas lapangan hukum, dengan djalan mengadakan demonstrasi dan rapat-rapat, tetapi sebagian dari keaktifan harus ditumpahkan atas lapangan perbaikan penghidupan dari wanita-wanita dan pendidikan jang lajak untuk gadis.

Gadis-gadis kita harus diberi bekal hidup rochani untuk dapat berdiri sendiri, dengan tidak usah menggantungkan nasib atas perkawinan, jang biasanja dalam hal ini bertjorak polygami. Selama seperempat abad ini memang sudah banjak djuga jang dikerdjakan pergerakan wanita diatas kedua lapangan ini dan kalau dibanding dengan kemadjuan perekonomian Indonesia pergerakan wanita bolehlah bangga.

Kita jakin, bahwa usaha pergerakan Indonesia dimasa depan tidak lagi akan seberat dengan di waktu-waktu jang lalu.

Masjarakat kita sendiri dalam suasana merdeka ini mengalami kemadjuan jang pesat. Dan didalam kemadjuan jang simultaan demikian itu pergerakan wanita lebih ringan lagi kewadjibannja untuk melaksanakan tugasnja.

Semoga wanita Indonesia dihari depan semakin tebal kepertjajaan atas dirinja sendiri untuk berdiri tegak diatas dunia ini dan bersama-sama dengan kaumnja mengangkat diri sendiri. Demikianlah sambutan kita atas „ Hari Ibu” jang dirajakan hari ini diseluruh pelosok tanah air.

,,Suluh Indonesia", 22 Des. 1953.

Tadjuk:

GERAKAN WANITA.

Tanggal 22 Desember ini, genap usia gerakan wanita Indonesia seperempat abad.

Bila kita menindjau perdjalanan gerakan wanita dalam waktu seperempat abad itu, terasalah pada kita, bahwa kemadjuan itu lebih banjak tertjapai dalam soal „vrouwen emancipatie".

Vrouwen emancipatie inilah jang membuka djalan bahwa dewasa ini telah banjak wanita wanita Indonesia jang mentjapai kedudukan sebagai prija, baik dalam masjarakat maupun pemerintahan.

Meskipun kemadjuan-kemadjuan jang ditjapai oleh golongan wanita ini belum dapat disamakan dengan kemadjuan wanita-wanita dari negara negara jang telah madju, akan tetapi bila dibandingkan dengan kemadjuan wanita dari negara negara sederadjat jang baru sadja merdeka, kiranja kemadjuan wanita Indonesia ini tidak perlu merasa kalah.

Sekalipun demikian, kita berpendapat, bahwa harus ada batas-batas kemadjuan wanita itu, sesuai dengan kodratnja dan lapangan pekerdjaannja. Maklum, kita orang Timur, tjara berpikir dan alam pikiran kita sukar bisa lepas dari alam ketimuran itu. Oleh karenanja kita berpikir, bahwa mengenai kemadjuan wanita itu diinginkan tidak akan terlepas dari pada sifat-sifat ketimuran itu. Tentunja sadja sukar untuk memberi gambaran, mana-mana sifat barat dan mana-mana sifat ketimuran.

102