Sebuah gambar seharusnya muncul pada posisi ini dalam naskah. Untuk menggunakan keseluruhan pindaian halaman sebagai penampung, sunting halaman ini dan ganti "{{gambar hilang}}" dengan "{{raw image|Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/137}}". Sebaliknya, jika Anda mampu untuk menyediakan gambarnya, maka lakukanlah. Untuk panduan, lihat Wikisource:Pedoman gambar dan Bantuan:Menambah gambar. |
SAMBUTAN SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX.
Oleh: Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Kami selaku Ketua dari pada Jajasan Guna Dharma Jogjakarta, Jajasan mana mempunjai maksud dan tudjuan menjelenggarakan usaha membangun, memelihara dan mengembangkan hidup kemasjarakatan didalam arti kata seluas-luasnja, sangat menghargai usaha dari sebagian masjarakat kita, ialah kaum Ibu di Indonesia, untuk memperingati seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.
Tanggal 22 Desember telah ditetapkan sebagai tanggal jang psychologis baik dan tepat buat didjadikan hari Ibu. Dipilihnja hari tersebut oleh karena pada tanggal 22 Desember 1928 Wanita Indonesia buta pertama kalinja mengadakan Kongresnja sehingga hari itu dianggapnja sebagai suatu hari jang bersedjarah, hari jang selandjutnja dinamakan Hari Ibu.
Mendengar perkataan Hari Ibu, maka kita semua mengerti bahwa hari itu kita istimewakan untuk memperingati djasa Kaum Ibu.
Kami kira tidak ada jang menjangkal, bahwa sudah selajaknja kita memberi penghargaan sepenuhnja kepada kaum Ibu itu. Kita semua mempunjai Ibu dan mulai kita dilahirkan, maka Ibulah jang mendjadi lambang kesetiaan bagi seluruh keluarga.
Tanggal 22 Desember 1953 sudah buat ke 25 kalinja kita memperingati hari Ibu. Hari itu tidak hanjadiperingati seperti biasa sadja. Akan tetapi kaum Ibu akan mentjiptakan barang sesuatu jang selandjutnja dapat manfaat buat kaum wanita pada umumnja.
Barang sesuatu itu adalah suatu gedung jang besar jang dapat memenuhi sjarat-sjarat seperti jang ditjita-tjitakan oleh kaum wanita pada umumnja dan kaum ibu pada chususnja. Mudah-mudahan dapat tertjapainja apa jang ditjita-tjitakan itu.
Kami pertjaja bahwa tjita-tjita itu akan dapat tertjapai, oleh karena saja pertjaja, bahwa usaha kaum Ibu ini akan disambut dan mendapat bantuan dari pada chalajak ramai, sebab chalajak ramai mengerti bahwa ini untuk keperluan Ibu, sebagai lambang kesetiaan keluarga dan lambang kesetiaan masjarakat.
|
Hingga sekarang, sudah 25 tahun lamanja, boleh dikatakan, bahwa inisiatip memperingati hari Ibu Indonesia senantiasa datang dari Kaum Ibu sendiri.
Mudah-mudahan sesudah hari peringatan seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia ini, kaum Bapak dan Anak-anak akan lebih memperhatikan, agar supaja Hari Ibu Indonesia ini betul mendjadi Hari Ibu jang lebih sempurna, dimana senantiasa dapat ; dilahirkan segala sesuatu jang manfaat buat Kaum Ibu Indonesia dengan keluarganja, ialah masjarakat Indonesia.
Achirul Kalam, kami serukan kepada kaum wanita pada umumnja dan kaum Ibu pada chususnja. ,,Djadilah Ibu jang sedjati dan jang patut buat dimuliakan oleh anak-anaknja. Madjulah selangkah lagi, bawahlah keluargamu kearah kebahagiaan. Kebahagiaan keluargamu akan membawa bangsa Indonesia semua ke Negara jang bahagia, ialah Negara Indonesia Bahagia".
SAMBUTAN Nj . SUTIJAH SURYA-HADI
SEKAPUR SIRIH.
Saja merasa bangga ikut didalam barisan wanita jang sekarang aktief memperingati 25 tahun usianja pergerakan wanita di Indonesia.
Sudah banjak jang kita tjapai didalam 25 tahun itu.
Dapatnja kaum wanita sekarang,
- boleh menuntut ilmu dengan bebas,
- diperbolehkan memasuki lapangan pertij politik,
- diberi kesempatan mentjapai semua tempat dalam tampuk piminan pemerintahan.
Dan lain-lain ialah hasil dari perdjuangan ibu-ibu jang dengan tidak takut-takut menghilangkan segala palang pintu, dengan tidak segan-segan menerobos segala kesukaran. Tidak sedikit korban jang diberikan dengan diam-diam oleh sekian banjak wanita untuk kemadjuan kita: korban jang tidak dapat diberi nilai dan diberi harga bagaimana besarnjapun djuga. Berapa djumlah wanita jang;
- amat mengurangi keperluan untuk diri sendiri dan rumah-tangganja,
- tidak sempat mengurangi rumah-tangganja seperti jang diidam-idamkan,
- sering menghadapi kemarahan dari dan pertengkaran dengan suami,
- mendjadi korban kepertjajaannja, meninggalkan suami untuk tugas pergerakan, tetapi sekonjong-konjong melihat suami berdampingan dengan isteri lain dan melihat diri sendiri mendjadi korban dari Peraturan Pemerintah jang terkenal buruknja dikalangan kaum wanita, ialah Peraturan Pemerintah No. 19.
Ini hanja beberapa tjontoh sadja dari pengorbanan ibu-ibu oleh karena beliau-beliau aktief dalam pergerakan, ingin menjumbangkan tenaga untuk kemadjuan kita. Pengorbanan jang tidak diketahui dan memang tidak diperlihatkan, dengan
|