Wanita sekarang tidak lagi hanja sebagai boneka dalam rumah tangganja, akan tetapi mereka telah memikirkan kewadjiban-kewadjibannja. Sebagai
seorang isteri, mereka telah mengetahui akan tanggung djawab terhadap keselamatan dan kesedjahteraan suaminja, mereka tak akan membiarkan suaminja mendjalankan pekerdjaan jang salah. Semua buruk baik pekerdjaan suaminja selalu diawasinja.
Pun djuga sebagai ibu mereka memikirkan keselamatan anaknja, bagaimana mendjaga agar anaknja tetap tinggal sehat, dan bagaimana ia harus mendidik anak-anaknja agar mereka nanti mendjadi warga negara jang dapat dibanggakan oleh negaranja. Wanita Indonesia telah dapat mentjapai hak-hak persamaan, telah ada jang duduk dalam parlemen untuk memperdjuangkan hak-hak wanita, ada jang sudah pernah duduk sebagai menteri, sebagai kuasa usaha, pun djuga dalam delegasi Indonesia pada perserikatan bangsa-bangsa, wanita Indonesia tak ketinggalan pula. Mereka telah sama-sama menundjukkan ketjakapannja, jang kenjataan memang tak kalah dari laki-laki. Sekaliannja ini adalah hasil jang gilang-gemilang jang diperoleh sedjak seperempat abad jang lalu.
Sekalipun demikian besarnja hasil-hasil jang diperoleh dalam perdjuangan kita, akan tetapi kami merasa belum puas. Jang mendjadi perhatian
Ikatan Bidan Indonesia sekarang ialah soal kesehatan wanita. Sampai sekarang masih terdapat 1.2% dari wanita jang melahirkan meninggal.
Bukankah ini soal jang amat menjedihkan sekali? Sedangkan dinegara-negara jang telah lebih madju dan kesehatan rakjat telah terdjaga dengan sempurna hal ini tak terdapat lagi. Tidaklah kita dapat mengambil tjontoh kepada mereka? Rumah-rumah bersalin dinegeri kita ini masih djauh dari mentjukupi, dan tenaga bidan sangat kurang sekali. Kebanjakan Ibu-ibu kita masih segan memasukkan anaknja kesekolah bidan, karena mereka menganggap bahwa pekerdjaan bidan itu adalah pekerdjaan jang berbahaja dan tak pula mendapat penghargaan masjarakat.
Hal ini dapat kita mengerti, apa sebabnja mereka berpendapat demikian, sebagai perempuan marilah disini saja kemukakan keluh kesah dari bidan-bidan dari berbagai daerah. Bidan itu adalah seorang jang mempunjai tanggung djawab jang besar terhadap kewadjibannja. Bagitulah dengan tak memikirkan soal-soal jang akan berbahaja buat dirinja. Ia selalu bersedia pergi, djika diminta pertolongannja, sekalipun ditengah malam jang sunji,
ataupun sedang hudjan jang lebat, bagi mereka jang penting ialah patientnja, seorang wanita membutuhkan pertolongannja. Mereka amat senang
djika orang jang ditolongnja itu telah dapat selamat dari keadaan sakit jang berbahaja itu. Sekarang bidan itu harus pulang pekerdjaannja telah selesai, keluarga sisakit jang tengah diliputi kegembiraan itu tak memikirkan jang menolongnja lagi, mereka membiarkan sadja bidan itu pulang sendiri, atau berdua dengan tukang betja. Tidaklah mereka mempunjai penghargaan terhadap sesama bangsanja, sehingga sampai hati membiarkan seorang
|
wanita jang kadang-kadang masih gadis remadja pula berdjalan dengan sendiri sadja ditengah malam jang sunji itu.
Djika kita pikirkan soal ini kita dapat mengerti, mengapa ibu-ibu kita masih ragu-ragu memasukkan anaknja kesekolah bidan.
Selama keadaan ini, jaitu selama penghargaan masjarakat terhadap wanita belum kita perbaiki, amat susah untuk mengurangi angka-angka kematian wanita jang melahirkan itu. Kearah perbaikan inilah sekarang Ikatan Bidan Indonesia mengarahkan tudjuannja, memperbaiki kesehatan wanita chususnja dan rakjat umumnja, serta berusaha mempertinggi kedudukan wanita dalam masjarakat. Dalam soal ini I.B.I. sangat mengharapkan kerdja sama jang erat dari organisasi-organisasi wanita lainnja, dan selandjutnja menjerukan agar mereka sama-sama menghadapkan perhatiannja terhadap soal ini. Karena soal ini adalah soal wanita.
Mudah-mudahan tertjapailah tudjuan kita.
,,Bersatu kita teguh,
Bertjerai kita runtuh”.
Assalamu'alaikum w.w.
Untuk menjambut hari peringatan ,,Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia", maka Pengurus Besar Muslimat, menundjukkan pandangannja terutama waktu seperempat abad jang telah lalu.
Berkat rasa kesatuan jang timbul, karena kepentingan bersama, untuk menghadapi pendjadjah, maka hasil perdjuangan selama zaman pendjadjah tadi, bagi pergerakan wanita boleh dikatakan memuaskan.
Muslimat jang lahir pada saat kemerdekaan, sebagai tempat saluran pada kebaktian dan perdjoangan wanita Islam, jang pada saat pendjadjahan telah turut serta dalam perdjoangan bangsa dan bergerak disegala lapangan, dapat menghargakan hasil pekerjaan organisasi-organisasi wanita, jang waktu itu mendjadi pelopor untuk berusaha memperlindungi deradjat bangsa dan kedudukan wanita didalam masjarakat, baik di Djawa, maupun dibagian dari Indonesia lainnja.
Melihat nama perkumpulan jang mengambil inisiatif untuk mengadakan kongres Perempuan Indonesia jang pertama pada tahun 1928 di Djokjakarta, diantaranja: Wanita Utomo, Wanita Taman Siswa, Aisjiah, Wanita Katholik, Jong Islamieten Bond Dames Afdeling dan lain-lain nampak benar, bahasa perbedaan ideologie, tidak membawa persoalan tetapi jang mendjadi dasar usaha selandjutnja, ialah: memperdalam rasa kebangsaan Indonesia, memperkekal tali persaudaraan untuk mentjapai kepentingan bersama. Setelah kami sekedar mempeladjari perdjalanan Kongres Perempuan Indonesia jang ke-I sampai jang ke-IV dan Perikatan Perkumpulan Perempuan (Isteri) Indonesia, jang selandjutnja disebut P.P.I.I., maka nampak pada kami, bahasa dengan pergantian masa, usaha-usaha kelihatan selalu mendapat kemadjuan.
|