Didalam hal ini PEMUDA PUTRI INDONESIA selaku golongan pergerakan wanita jang masih muda tentu tiada dapat mengenangkan apa jang telah disumbangkan selama itu, hanja dari buku buku sedjarah pergerakan dan dari tjerita-tjerita jang kami peroleh dari para ibu-ibu dapat kami gambarkan betapa kegiatan-kegiatan ibu-ibu itu. Organisasi Pemuda Putri Indonesia dilahirkan
dalam zaman revolusi tahun 1945 dan hingga sekarang belum ada sepuluh tahun usianja.
Sudah seharusnja jang mendjadi dasar untuk menjusun langkah-langkah baru ialah hasil-hasil jang telah tertjapai diwaktu-waktu jang lalu, karena itu baik sekali apabila generasi sekarang dan generasi jang akan datang mengetahui apa jang telah tertjapai dahulu. Dengan demikian ada continuiteit, tidak akan tersia-sia pengalaman-pengalaman dahulu dan tidak akan terbuang-buang waktu dan tenaga didalam memperdjuangkan sesuatu jang sebenarnja telah tertjapai sebelumnja, dan buku peringatan inilah salah satu alat untuk memelihara continuiteit jang dikehendaki.
Pergerakan wanita adalah sebagian dari pergerakan bangsa hal ini lebih-lebih ternjata dalam sedjarah jang terbaharu dari achir abad kesembilan
belas dan abad kedua puluh akan tetapi meskipun demikian karena keadaan wanita pada waktu itu masih belum madju dan djauh terbelakang dari kaum prija, memaksa wanita mentjari djalannja sendiri dengan tjara sendiri dan timbullah pergerakan wanita jang seakan-akan menjendiri, akan tetapi pada hakekatnja mempunjai tudjuan jang satu : memadjukan nusa dan bangsa. Ketjuali dipaksa oleh keadaan maka kemudian ternjata bahwa dalam perdjuangan bersama, senantiasa ada soal -oal jang chusus mengenai dunia kewanitaan, sehingga sampai sekarang tetap berdiri gerakangerakan wanita jang bukan lagi berada, karena belum dapat bersama-sama dengan gerakan-gerakan lainnja, akan tetapi djustru ada karena dirasakan kebutuhan mempersoalkan masalah wanita chususnja.
Demikianlah dewasa ini kita bersatu dalam KONGRES WANITA INDONESIA, jang terdiri dari organisasi wanita-wanita jang mempunjai berbeda-beda faham dan kepertjajaan jang berlainan : ,,Se-iring bertukar djalan, Se-ia berbeda kata".
Inilah lukisan organisasi-organisasi wanita jang tergabung dalam Kongres Wanita Indonesia, jang bersatu tudjuan, akan tetapi berlainan tjara, seia
tetapi berlainan tjara formuleringnja. Kini hari tanggal 22 Desember 1953 oleh Kongres Wanita Indonesia didjadikan HARI IBU. Diluar negeri Hari Ibu itu dipergunakan untuk memuliakan ibu masing-masing, pada hari sematjam
itu para ibu-ibu dibebaskan dari pekerdjaan kewadjiban-kewadjiban mereka oleh anggauta-anggauta keluarganja. Hal ini agak berlainan sifat HARI
IBU ditanah air kita dimana hari itu adalah hari jang akan memberi semangat kepada wanita di dalam perdjuangannja. Djustru pada hari itu wanita-wanita giat bekerdja memperkenalkan kepada chalajak ramai apa jang telah mereka tjapai sebelumnja.
|
Kepada para pembatja buku peringatan ini, terutama kepada wanita-wanita pemuda putri buku inilah sumber untuk mengetahui apa jang telah dikerdjakan oleh para ibu-ibu kita dan apa jang mendjadi tjita-tjita mereka . Dengan demikian atas hasil-hasil itu sebagai dasar jang telah mereka letakkan Saudara-saudara dapat melandjutkan apa jang telah mereka mulai.
Djakarta, 25 Oktober 1953.
Pengurus Besar
PEMUDA PUTRI INDONESIA.
Sekedar sambutan dari Perkumpulan Putri Narpowandowo Surakarta oleh Nj . G. Joedonagoro..
Saudara-saudara Pembatja Jth.
Pada tanggal 22 bulan Desember, telah mendjadi tradisi kita Kaum Wanita memperingatinja. Apakah arti tanggal 22 Desember diperingatinja?
Tanggal 22 Desember 1953 kita Kaum Wanita memperingati dengan tjara besar-besaran, karena pada saat itulah Hari Ibu telah berusia SEPEREMPAT ABAD. Apakah arti Hari Ibu, Saudara-saudara tentu telah maklum. Namun begitu, perlulah kiranja kami uraikan dengan singkat, untuk sekedar meresapkannja .
Hari Ibu lahir pada tanggal 22 Desember 1928 sampai tanggal 22 Desember 1953 telah berusia 25 tahun (SEPEREMPAT ABAD).
Lahirnja hari Ibu berarti kesadaran Kaum Ibu ! Sedar ! Sedar akan hak-haknja sebagai manusia, pun sebagai warga Negara. Setelah sedar akan
hak-haknja, maka menuntutlah mereka dengan djalan apa djuga dan bagaimanapun. Jang lazim pula kita katakan mereka lalu berdjuang.
Berdjuang dengan penuh penderitaan, dengan rela berkorban. Tanggal 22 Desember 1928, kita masih didalam belenggu pendjadjahan.
Kita menuntut hak, masih dengan tjara-tjara jang tepat pada waktu itu. Dalam pendjadjahan Djepang selama 31½ ( tiga setengah) tahun kita mentjari
djalan lain, meskipun dengan Fujinkai, tetapi principe tudjuan kita tak akan kita lupakan. Karena tuntutan kita belum tertjapai. Pendek kata perdjuangan kita dengan djalan seribu satu matjam dengan berpedoman: ANUT DJAMAN KELAKONNE.
Perdjuangan kita Kaum Wanita/Ibu, untuk menuntut hak-haknja sebagai manusiapun pula untuk Bangsa dan Nusa . Maka sebetulnja beratlah per
djuangan kita kaum wanita ini. Sekarang kita sudah didalam Negara Merdeka.
Hak-hak kita telah sama dengan Kaum Prija, sama sama mendjadi Warga Negara, jang wadjib pula mengatur, mendjaga, mengusahakan, agar supaja negara kita baik, teratur, selamat sedjahtera dan makmur.
Kesadaran Kaum Wanita, jang lalu dapat dipersatukan dan dapat melahirkan Hari Ibu jang telah berusia SEPEREMPAT ABAD, diikuti djuga oleh Wanita-wanita Bangsawan jang berdiam didalam tembok Baluwarti Surakarta. Maka lahirlah Perkumpulan PUTRI NARPO WANDOWO di Surakarta pada tanggal 5 Juni 1931.
|