Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/156

Halaman ini tervalidasi

Kita tahu, bahwa tjita-tjita Bangsa kita adalah Pantjasila.

Karena itu benih-benih Pantja Sila ini hendaknja didjadikan pedoman bagi Ibu dalam menunaikan kewadjibannja. Agar tjita-tjita Pantjasila dapat terlaksana dalam penghidupan anak-anak kita nanti jang akan membentuk masjarakat jang baru itu. Ketuhanan, Perikemanusiaan, kebangsaan, kerakjatan, kesosialan, adalah norma-norma jang utama untuk mendjadi dasar budi-pekerti bangsa kita jang telah mendjadi anggauta bangsa-bangsa sedunia, dan akan mengambil bagian jang sangat penting djuga dalam pergaulan dunia.

Karena itu seruan kami, bertindaklah, usahakan dengan segenap kekuatan kita agar tjita-tjita kita wanita kearah 99Ibu Sedjati" dan anggauta masjarakat" terlaksana seluruhnja.

Sebagai penutup, marilah kita serukan: Selamat dan bahagia dan terima kasih kami serukan kepada pemimpin-pemimpin pedjuang wanita kita jang telah menghasilkan perdjuangan jang semadju sekarang ini, dan tidak djemu-djemunja dalam perdjuangan seperempat abad itu.

SAMBUTAN PENGURUS BESAR PERSATUAN WANITA KRISTEN INDONESIA.

PERGERAKAN WANITA INDONESIA SEPEREMPAT ABAD.

Djika buku peringatan Pergerakan Wanita Seperempat Abad ini dikeluarkan, maka genaplah 25 tahun umur Pergerakan Wanita Indonesia dalam bentuk kesatuan.

Hari ulang tahun ke-25 dari kebangkitan dan kesedaran wanita Indonesia memang patut diperingati; merupakan suatu mijlpaal dalam kehidupan pergerakan wanita Indonesia.

Peringatan ulang tahun memang saat jang lazim dipergunakan untuk merenungkan sebentar, menengok kebelakang, melihat apa jang telah dikerdjakan dalam waktu jang lampau ini dan menjadari apakah telah tertjapai tudjuan, tjita-tjita Pergerakan Wanita itu?

Peringatan ulang tahun djuga saat baik untuk memikirkan djalan mana dan tjara apa jang kini harus kita tempuh?

Tjita-tjita R.A. Kartini untuk melepaskan diri dan wanita-wanita sebangsa dari ikatan adat istiadat, untuk mendapat pendidikan dan penghargaan sama dengan kaum laki-laki, dalam seperempat abad ini sudah banjak jang tertjapai.

Akan tetapi tidak berarti, bahwa semua tjita-tjita pergerakan wanita Indonesia telah terdapat. Meskipun dalam undang-undang, dalam teori per samaan hak telah ada, dalam prakteknja masih banjak soal-soal kewanitaan dalam segala lapangan jang masih harus diperdjuangkan. Menghilangkan rasa kurang harga diri, mendidik dan memperkuat segala watak perempuan jang utama, memadjukan kehidupan dan penghidupan wanita chususnja, seluruh bangsa umumnja, sudahkah ini tertjapai?

Djika didalam pendjadjahan wanita-wanita Indonesia mempersatukan diri untuk bersama-sama dengan kaum lelaki memperdjuangkan nasib negara dan bangsa dari maksud-maksud pendjadjah jang berusaha untuk menghambat kemadjuan Indonesia, maka dalam djaman kemerdekaan seluruh pertanggungan-djawab atas nasib bangsa dan negara adalah pada kita, bangsa Indonesia sendiri.

Wanita kristen Indonesia insjaf akan hal ini.

Kita bersjukur dan berterima kasih kepada Tuhan, karena kita telah diberi tanah air jang merdeka. Akan tetapi kita diwadjibkan pula memelihara negara kita itu. Madju mundurnja bangsa dan negara adalah mendjadi pertanggungan-djawab seluruh bangsa Indonesia, djadi djuga mendjadi pertanggungan-djawab wanita Kristen.

Tugas seorang kristen ialah mendjadi garam dan terang pada tempat dan untuk masjarakat sekeli lingnja. Garam supaja mendjadi lezat rasanja dan dihindarkannja dari kebusukan. Terang supaja menjinari semua jang ada dalam kegelapan.

Mengingat akan tugas jang mulia itu, maka sudahlah sewadjarnja djika wanita Kristen tidak berdiam diri, akan tetapi ikut-serta dalam pemeliha raan tanah air itu.

Buku peringatan Seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia ini dikeluarkan sebagai tanda terima kasih dan penghargaan atas djasa-djasa wanita jang 25 tahun jang lalu telah memulai pergerakan kesatuan itu.

Persatuan Wanita Kristen Indonesia mengutjapkan penghargaan itu dengan menjerukan kepada seluruh wanita Indonesia.

Marilah kita menjingsingkan lengan badju, bekerdja sama, mengikuti djedjak ibu-ibu pada tahun 1928.

Meskipun berlainan dalam kepertjajaan, dalam adat-istiadat suku bangsa, ini tidak perlu merupakan halangan untuk bersatu dalam usaha-usaha mempertinggi deradjat wanita, bersatu dalam usaha-usaha meringankan penderitaan masjarakat, bersatu dalam usaha-usaha melaksanakan peri ke manusiaan.

Kiranja Tuhan Jang Maha Kuasa memberkati pergerakan wanita di Indonesia chususnja, diseluruh dunia umumnja jang bertjita-tjita tinggi dan sutji.

SAMBUTAN B.P.B. P.I.K.A.T.

Merdeka!

P.I.K.A.T. (Pertjintaan Ibu Kepada Anak Tumurunnja) bersuka-ria dengan hari peringatan ini, sesungguhnja hari jang bersedjarah dalam alam Wanita di Indonesia, djika kita menoleh dan menindjau apa dan betapa jang telah tertjapai dalam kemadjuan untuk mempertinggi deradjatnja Wanita di Nusantara ini, sesudah melampaui djangka waktu 25 tahun itu.

Kami ketahui dan sadar, bahwa perdjuangan Wanita djauh belum selesai; „It is a long way to go", tetapi djika kita Wanita di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, bersatu lahir batin, mengedjar dan memperdjuangkan hak azasi kita, se-

142