Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/160

Halaman ini tervalidasi

mendjahit, masak-memasak dan mengadakan tabungan atau lain sebagainja. Mereka tak mentjampuri keadaan negaranja sama sekali. Sebaliknja, sebagai telah saja katakan diatas, pergerakan wanita jang sungguh-sungguh bekerdja memperdjoangkan nasib wanita, bergeraknja tak takut dan tak mengingati siapakah jang berada dihadapannja, sedangkan jang berwadjib pada waktu itu, memakai matanja dengan benar-benar. Buktinja dapat dilihat dan kita rasakan. Meskipun Kesatuan Pergerakan Wanita telah lahir, dipupuk, dipelihara dengan baik, berdjoang untuk kepentingan wanita, disamping masih ada djuga perkumpulan-perkumpulan wanita jang memang tak berinduk organisasi.

Republik kita telah diproklamirkan. Kita berpengharapan, semua pergerakan dan perkumpulan wanita dapatlah bersatu, dan bekerdja untuk ke pentingan negara dan wanita pada umumnja. Tjita-tjita atau maksud ini dapat dilihat dengan njata, tetapi wudjud ini rupanja tak dapat lama djuga hidupnja.

Perkumpulan-perkumpulan jang sudah berfusi petjah, timbul pergerakan dan perkumpulan lain. Djaman beredar, roda berputar. Rupanja titik roda pada waktu ini sama dengan titik roda pada lebih kurang tahun 1930. Perkumpulan wanita matjam-matjam timbul lagi, bertudjuan mempererat per saudaraan antara saudara sedjawatan, segolongan atau sekampung. Proses ini, rupanja tak timbul diantara pergerakan wanita sadja, tetapi segala lapisan masjarakat djuga mengalami seperti diatas.

„Onhoorbaar groeit de padi” Kata Multatuli. Apakah memang tumbuh pergerakan wanita kita sebagai kata-kata itu? Kadang-kadang muntjul, kadang tak ada suaranja sama sekali. Atjap kali kita bertanja-tanja sendiri : „Adakah pergerakan wanita itu"? Kita mendjawab : „Ada". Masjarakat bertanja pula: „Apakah hasil atau bukti jang telah ditjapai oleh pergerakan wanita bagi masjarakat kita?" Dengan sekonkrit-konkritnja kita tak dapat mendjawab pertanjaan itu, tetapi kita telah merasa bekerdja sekuat tenaga, mengorbankan waktu, kadang-kadang mengorbankan harta. Terasa bagi kita, bahwa pekerdjaan Pergerakan Wanita dapat dikatakan, baik seorang ibu memegang rumah tang ganja. Mulai bangun, pagi-pagi benar sampai petang dengan tulus ichlas bekerdja, kadang-kadang lantaipun tak djuga kelihatan bersih. Bukti senjata-njatanja dapat dikatakan tak kelihatan. Diwaktutidur malam hari jang ada, hanjalah kepuasan hati si ibu, sehari telah bekerdja untuk kepentingan keluarganja.

Ia berterima kasih kepada Tuhan. Kekatjauan rumah tangga, atau rumah tangga akan kelihatan tak teratur barulah kelihatan, apabila si ibu sakit atau pergi.

Sebagai penutup kata sambutan kami ini, kami hanja berharap pada waktu kita memperingati genap umur Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia 25 tahun, kita sekali ingat kepada tjita-tjita kita semula, mudah-mudahan dalam mengindjak tahun-tahun jang akan datang kita mendapat kemadjuan jang lebih memuaskan.
Sekian dan terima kasih.


146