Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/237

Halaman ini tervalidasi

itu mendapat kesempatan untuk mengadakan bertukar-fikiran bersama-sama sehingga bulat pendapatnja untuk mengadakan organisasi pemudi tersendiri guna kepentingan bersama.

 Kongres Pemuda di Jogjakarta menghasilkan organisasi Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia sebagai federasi antara persatuan-persatuan pemuda. Pada Kongres itu pula lahir Pesindo, Pemuda Sosialis Indonesia, sebagai fusi antara berbagai-bagai organisasi pemuda didaerah-daerah. Pesindo, Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Pemuda Kalimantan, K.R.I.S. Pemuda Maluku, I.P.P.I. dan Pemuda Puteri Indonesia tergabung dalam federasi Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia. Pengesjahan pembentukan organisasi pemudi, Pemuda Puteri Indonesia (P.P.I.), akan diusahakan dalam suatu konferensi pemudi, jang akan diadakan di Surakarta dalam bulan Desember 1945. Uraian ini memberi kesan tentang tempat para pemudi berdjuang. Ialah terutama disamping para pemuda untuk menegakkan, membela dan membangun Negara Republik Indonesia.

 Tepat dalam bulan Desember 1945 dibentuk organisasi wanita muda, ialah Pemuda Puteri Indonesia, dalam konperensi di Surakarta jang dikundjungi oleh utusan-utusan pemudi dari daerah daerah, ialah dari karesidenan dan kabupaten. Pengurus Besar pertama dipilih pula jang diketuai oleh saja sendiri dengan Nj . Sutarman sebagai Wakil-ketua dan Sdr. Harjati sebagai Penulis. Suasana konferensi pertama itu diliputi oleh semangat Perdjuangan. Inilah disebabkan karena dibeberapa tempat, di Djakarta, Semarang dan di Surabaja tentara asing sudah mendarat. Pun Magelang telah mengalami pula pertempuran. Inilah menginsjafkan para pemudi akan kewadjibannja untuk ikut serta mendjaga garis pertempuran.

 Apakah jang diusahakan oleh para pemudi digaris-garis pertempuran? Di Djakarta, Purwakarta, Salatiga, Modjokerto dan lain-lain tempat dipusatkan bermatjam-matjam usaha P.P.I. guna pemeliharaan mereka jang berdjuang digaris depan pertempuran. Walaupun para pemudi tidak ikut berdjuang setjara bertempur, namun mengerdjakan sekuatnja agar supaja keperluan-keperluan mereka jang digaris depan diperlengkapi. Banjaklah antara pemudi P.P.I. jang menggabungkan diri dalam organisasi Palang Merah Indonesia. Banjak pula jang ikut menjelenggarakan dapur umum, baik bagi pedjuang-pedjuang, maupun djuga bagi pengungsi-pengungsi jang mengalir kedaerah daerah aman dari garis pertempuran P.P.I. dibeberapa tempat djuga mengumpulkan madjalah madjalah dan tulisan-tulisan lainnja guna disebar kan diantara pedjuang-pedjuang digaris depan .

 Dalam hal ini terutama tentara peladjar memerlukan sangat akan batjaan-batjaan. Pemeliharaan pengungsi-pengungsi memerlukan pula pembagian pakaian jang kemudian dikerdjakan bersama-sama dengan bagian sosial dari Kementerian Pertahanan. Dibeberapa tempat dimana berkumpul banjak pengungsi-pengungsi, misalnja di Purwodadi dan di Salatiga perlu sekali diusahakan sekolah-sekolah guna anak-anak pengungsi, dan inilah pula dikerdjakan oleh para anggauta P.P.I. Tentu dalam segalanja P.P.I. amat erat bekerdja sama dengan organisasi-organisasi pemuda lainnja, djuga dengan organisasi wanita. Dalam hal ini pantaslah disebutkan beberapa organisasi-organisasi wanita jang melulu mengerdjakan usaha bagi mereka digaris depan pertempuran. Misalnja Laskar Wanita Indonesia (Laswi) jang diketuai oleh Nj. Arudji Kartawinata dan W.A.P. dibawah pimpinan Nj. Ali Sastroamidjojo .

 Pada pokok-dasarnja organisasi P.P.I. dimaksudkan untuk mendjadi tempat pertumbuhan bagi pemuda puteri, tempat pendidikan untuk mempersiapkan dirinja kearah kedewasaan. Jang ditudju ialah kedewasaan sebagai warganegara penuh jang ikut-serta memikul beban jang sewadjarnja guna pertumbuhan negara, tidak kurang daripada warga negara lelaki. Pula dalam organisasi itu pemuda puteri dapat melatih diri untuk mempergunakan hak-hak politik jang telah mendjadi miliknja dengan Undang-undang Dasar Sementara. Tidaklah dimaksudkan agar supaja P.P.I. menganut salah suatu aliran politik atau ideologi jang mulai ramai diperbintjangkan oleh masjarakat pada masa itu. Ideologi atau aliran politik dapat dianut oleh anggautanja masing-masing jang telah merasa dirinja sedar akan hal itu.

 Di P.P.I. para pemudi menjiapkan diri untuk mendjadi wanita modern jang tahu akan kewadjibannja sebagai warga suatu negara jang modern pula, walaupun dalam alam kebudajaan Timur jang abadi. Tumbuhnja P.P.I. tidak lepas dari pada sifat tumbuhnja pergerakan pemuda pada umumnja, karena pemudi tidak mengasingkan diri dari pada pergaulan pemuda, sebaliknja, mereka berorganisasi djustru untuk dapat mengikuti djedjak langkah pemuda jang tjepat itu.

 Para pemudi perlu sekali mengikuti djedjak pergerakan wanita djuga, agar supaja djangan mengasingkan diri dari pergaulan dengan kaumnja, ialah kaum wanita. Maka ketika dalam bulan Djanuari 1946 diadakan Kongres Wanita jang Pertama sesudah petjahnja Revolusi, P.P.I. ikut serta dalam Kongres Wanita di Klaten itu. Sesudahnja Kongres menghasilkan terbentuknja Perwari jang diketuai oleh Nj . Sri Mangunsarkoro dan dalam Kongres itu ditetapkan adanja federasi perkumpulan wanita, P.P.I. langsung menggabungkan diri dalam federasi itu, bersama-sama dengan Perwari, Aisjah, Muslimat, G.P.I.I. Puteri, Persatuan Wanita Keristen Indonesia, Wanita Katholik dan sebagainja, jang kemudian disusul djuga oleh perkumpulan-perkumpulan wanita lainnja.

 Sudah selajaknja P.P.I. mengadakan kerdja-sama jang erat dalam Kongres Wanita Indonesia (Kowani) itu. Disanalah para pemudi mendapat latihan dan pendidikan guna memperdjuangkan dan mempergunakan hak-haknja sebagai warga negara. Selain daripada itu banjaklah usaha para ibu dalam hal perdjuangan dan pembangunan Nusa dan Bangsa. Guna mempertjepat langkah para ibu maka dibentuk Badan Pekerdja Kowani lengkap dengan seksi-seksinja, jang dipimpin oleh beberapa orang wanita dari berbagai organisasi. Saja sendiri

221