Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/48

Halaman ini tervalidasi
  1. Bekerdja sukarela.
  2. Mengisi fonds Kemerdekaan jang dipimpin oleh Bung Karno dan sekarang mendjadi fonds

nasional dengan perhiasan diri jang dikumpul kan pada „Peringatan Hari Ibu" jang diadakan pada saat Djaman Djepang.
 Penglepasan perhiasan diri itu, ialah sebagai latihan untuk mengobarkan barang jang ditjintai, umpama anak, suami untuk kepentingan tanar air dan bangsa. Maka usaha-usaha tersebut termasuk pula suka berkorban dan rela menderita, umpama mengadakan latihan-latihan berdjalan kaki, berpakaian sederhana, mengurangkan pemakaian barang jang penting. Begitu seterusnja.
 Untuk menjiapkan tenaga wanita bagi ikut serta dibelakang garis peperangan, maka diadakan latihan-latihan: bagi para pemudi:

  1. 1. palang merah, 2. membela diri, 3. berbaris, 4. memegang sendjata dan lain-lain;
  2. latihan bahaja udara, menghibur tentara, mengadakan dapur umum bagi pekerdjaan sukarela, membikin makanan tahan lama;
  3. mengadakan dapur berkeliling atau dapur tetap, dapur umum atau dapur pembelaan.


 Maka dihidupkan kembali mengantih dan menenun.
 Menanam kapas dan sajur-majur atau palawidja dikebun-kebun. Memelihara ajam, bebek dan lain-lain.
 Sekian kira-kira usaha-usaha itu dilaksanakan. Maka Huzinkai mengadakan djuga konperensi dan kongres untuk menjamakan tjara melaksanakan usaha-usaha jang berdjangka pendek dan pandjang. Begitulah kira-kira sifatnja gerakan wanita pada zaman Djepang jang berhasil membawa masjarakat dari jang lapisan tinggi dan rendah hidup berorganisasi bagi kepentingan Nusa dan Bangsa.

c. ZAMAN KEMERDEKAAN.

 Sesudah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 Huzinkai jang dipimpin oleh Nj. Sunarjo Mangunpuspito dibubarkan. Didalam maklumat pembubaran itu diandjurkan agar di kabupaten-kabupaten dan kota-kota dibentuk lagi organisasi jang untuk sementara diberi nama „Persatuan Wanita Indonesia" atau sering djuga disingkat dengan nama „Perwani". Adapun maksud tersebut, ialah untuk menjediakan dan mengerahkan tenaga wanita guna membantu memelihara serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
 Usaha pertama, ialah:

  1. Mengutjapkan salam dengan pekik merdeka.
  2. Mengibarkan sang Merah-putih.
  3. Memakai lentjana Merah-putih.
  4. Membantu Komite Nasional Indonesia didaerah-daerah.

 Tentang azas dan tudjuan serta usaha lainnja akan ditetapkan nanti didalam kongres jang akan diadakan.
 Kemudian timbul perkumpulan-perkumpulan lain dan badan-badan perdjoangan. Atas inisiatip

Nj. S. Pringgodigdo, Nj. Sri Mangunsarkoro dan Nn. Susilowati (Nj. Riekerk) di Djakarta didirikan ,,Wanita Negara Indonesia" (Wani).
 Usahanja:

  1. Menolong bekas-bekas pedjuang.
  2. Memberi pakaian kepada bekas-bekas pedjuang jang sakit.
  3. Distribusi bahan makanan dan lain-lain.

 Untuk djelasnja riwajat ditjantumkan.


KELAHIRAN WANITA NEGARA INDONESIA (WANI) PADA BULAN OKTOBER 1945.


 Tatkala pada tanggal 15 September 1945 njonja Soewarni Pringgodigdo diangkat mendjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung, maka tugas pertama jang diberikan kepadanja ialah segera menjerahkan tenaga pemimpin-pemimpin wanita jang sanggup bekerdja di Djakarta dan tempat tempat lain untuk menjelenggarakan pekerdjaan dapur-dapur umum atau penolong-penolong sosial umum.
 Pada permulaan bulan Oktober dari tahun 1945 itu diadakanlah pertemuan-pertemuan dengan njonja-njonja terkemuka di Djakarta, misalnja Njonja Kartowijono, Njonja Iwa Kusumasumantri dan lain-lain.
 Maka dibentuklah sebuah komite (panitya) untuk bekerdja dibawah pimpinan njonja Soewarni Pringgodigdo bersama Njonja Erna Djajadiningrat (sekarang Nj. Sutoto), Nj . Iwa Kusumasumantri, Nj. Kartowijono dan Njonja Lasmidjah Tobing (sekarang Nj. Soehardi).
 Untuk keperluan penjelenggaraan dapur-dapur umum dipinggir kota, maka diusahakanlah pemasukan beras dan bahan-bahan makanan lain dari Klender, Tjirebon dan tempat-tempat di Djawa Tengah. Dapur-dapur umum ini pekerdjaannja ialah menjediakan makanan pada keadaan darurat bagi pegawai-pegawai negeri (pegawai kantor pos, kantor telepon dan lain-lain ) jang oleh karena sesuatu penjerangan, tembak-menembak dan lain lain tidak dapat pulang kerumah. Djika pemasukan beras atau bahan makanan lain sangat sukar karena pertempuran, seringkali didalam kota Djakarta untuk beberapa hari lalu lintas terhalang, tak ada orang berdjualan ataupun toko-toko tertutup, maka dapur-dapur umum Wani-lah jang selalu menjediakan makanan atau bahan mentah untuk ibu-ibu, tentara peladjar atau pedjuang kemerdekaan umumnja.
 Kadang-kadang dengan susah pajah, atjapkali dengan bertaruhkan njawa sendiri pekerdjaan di langsungkan, karena serangan -serangan dari pihak tentara NICA atau kakitangannja. Hasil pekerdjaan Wani ini merupakan pertahanan ekonomi atau sedikitnja pertahanan dari pada djiwa untuk mempertahankan kemerdekaan dikota Djakarta jang memakan waktu bertahun-tahun sampai permulaan tahun 1950.
 Nona Erna Djajadiningrat atas pekerdjaannja dalam lingkungan Wani dihormati dengan Bintang Gerilja, kehormatan mana sungguh pada tempatnja djika diingat betapa beratnja pekerdjaan jang dilakukan dan pengorbanannja dalam Wani itu.

36