Wanita Indonesia benar-benar dapat menduduki functienja sebagai Ibu Masjarakat jang se-adil-adil nja dan sebahagia-bahagianja.
Pendengar jang budiman,
Supaja Jajasan Hari Ibu itu dengan lekas mendjalankan tugasnja setjara konkrit, maka pada peringatan seperempat abad ini usaha jang pertama dimulai adalah mendirikan „Gedung Persatuan Wanita” jang akan diselenggarakan oleh Jajasan Guna-Dharma dengan Seri Sultan Hamengkubuwono sebagai Ketuanja. Dan Bapak Kepala Negara kita sebagai Pentjipta Buku „Sarinah” mulai tanggal 20 Desember 1953 mendjadi Pelindung Jajasan Hari Ibu.
Gedung Persatuan Wanita itu hendaknja mendjadi persaksian Perdjoangan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia kearah perdjoangan pembangunan kebesaran sipat-sipat manusia-wanita dan Kemasjarakatan.
Jogjakarta, jang mendjadi tempat pelopornja Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia mendapat kehormatan dari seluruh masjarakat wanita untuk mendjadi tempat kedudukannja Jajasan Hari Ibu dengan „Gedung Persatuan Wanita-nja”.
Perletakan batu pertama dari Gedung itu di lakukan pada tanggal 22 Desember 1953 djam 11 pagi di Demangan-Balapan tepi djalan kelapang an Maguwo dengan disaksikan oleh Sdr. Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo dan Wakil Perdana Menteri Mr. Wongsonegoro. Upatjara perletakan batu pertama ini dilakukan oleh Ibu Sukonto sebagai Ketua Pertama dari Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia bersama-sama dengan kita wanita wanita kaum „Sarinah”. Mudah-mudahan Gedung tersebut mendapat berkah dari „Sarinah-Sarinah” kita, supaja lekas dapat selesai, sebagai tempat berteduh kita didalam kehidupan dan penghidupan jang berat ini.
Sebagai monument mudah-mudahan „Gedung Persatuan Wanita” dapat mendjadi sumber inspirasi dan kekuatan perdjoangan wanita, untuk mewudjudkan peri-kemanusiaan dalam hidup bangsa Indonesia umumnja dan wanita-wanita Indonesia chususnja. Karena itu dapatlah kiranja dalam usaha tersebut kami mengharapkan bantuan sebesar-besarnja dari seluruh masjarakat Indonesia. umumnja, dan masjarakat wanita chususnja.
Ibu Soekarno akan menghadiahkan untuk mengisi ruangan rapat: alat-alat pimpinan rapat, seperti. medja-kursi, laken hidjau dan martilnja.
Lain daripada itu, untuk membimbing djiwa wanita-wanita kita kearah pelaksanaan kewadjiban kewanitaan dan kewarga-negaraan kita jang sesempurna-sempurnanja, maka mulai peringatan seperempat abad inilah kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia memiliki suatu pandji kesatuan jang kita namakan Pandji „Hari Ibu”.
Pandji „Hari Ibu” dengan dasar warna tanah (terracotta) berarti Tanah kelahiran kita Indonesia. Tanah air ini dilingkari oleh bentuk sudut tudjuh jang menggambarkan Kesempurnaan Hidup dengan segala kebesarannja jang terlukis dalam gombjoknja ke-emas-emasan.
Sebuah gambar seharusnya muncul pada posisi ini dalam naskah. Untuk menggunakan keseluruhan pindaian halaman sebagai penampung, sunting halaman ini dan ganti "{{gambar hilang}}" dengan "{{raw image|Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/79}}". Sebaliknya, jika Anda mampu untuk menyediakan gambarnya, maka lakukanlah. Untuk panduan, lihat Wikisource:Pedoman gambar dan Bantuan:Menambah gambar. |
Isi Pandji „Bunga Ibu ialah Bunga Melati besar
dan kuntum dengan dasar daun lima, berarti:
1. Persatuan kodrat Sang Anak jang menjandarkan diri kepada Ibu dan Ibu sebagai sandaran
pangkal kasih-sajang untuk sang Anak (bunga melati dan kuntum). Persatuan kodrat ini di dasarkan pada tjita-tjita Pantja Sila (daunnja),
2. „Bunga İbu” merupakan lambang sumber
kekuatan, kesutjian dan pengorbanan Ibu jang
mendjadi besi semberani guna menjusun Kebesaran Dharmanja.
3. „Bunga Ibu” ialah sutji-sederhana-ichlas untuk
mengisi Kebesaran Negara dan Bangsa Indonesia.
4. „Bunga Ibu” ialah lambang tjita-tjita Kesatuan
Pergerakan Wanita Indonesia, untuk memperdalam rasa Ibu sebagai „Ibu Bangsa”.
5. Sembojan Pandji Hari Ibu: „Merdeka melaksanakan Dharma”, menjatakan kemerdekaan
wanita jang ditjita-tjitakan, adalah untuk menunaikan kewadjibannja sebagai manusia sedjati dari Indonesia.
Pandji Hari Ibu diresmikan pada tanggal 22 Desember 1953 dengan diiringi lagu Hari Ibu dan tiap-tiap peringatan Hari Ibu didjadikan lambang tudjuan kebesaran Ibu.
Hadirin jang mulia,
Pada malam ini, ialah malam 22 Desember 1953 Pandji Hari Ibu diresmikan. Selandjutnja setiap tahun, maka Pandji Hari Ibu akan mendjadi lambang pengorbanan Ibu pada peringatan Hari Ibu diseluruh Indonesia, bahkan diseluruh dunia dalam kalangan wanita-wanita Indonesianja.