Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/84

Halaman ini tervalidasi

B. Perletakan Batu Pertama Gedung Persatuan Wanita di Jogjakarta.

Sebuah atjara jang sangat penting pula dalam rangkaian peringatan ini, ialah perletakan batu pertama dari Gedung Persatuan Wanita di Djalan Demangan Jogjakarta pada tanggal 22 Desember 1953 djam 11 pagi jang dilakukan oleh Ibu Sukanto dan disaksikan oleh P.M. Mr. Ali Sastroamidjojo, wakil P.M. I Mr. Wongsonegoro dan lain-lain pemuka dari masjarakat Jogjakarta pada waktu itu.

Kata-kata pembukaan pada peristiwa itu telah diutjapkan oleh Ibu Aisjiah Hilal sebagai berikut:

Paduka Jang Mulia Presiden Republik Indonesia jang diwakili oleh J. M. Perdana Menteri,

Jang Mulia Perdana Menteri Mr. Ali Sastro amidjojo dan wakil Perdana Menteri Mr. Wongsonegoro,

Bapak jang kami muliakan Seri Sultan Hamengku Buwono IX,

Seri Paduka Paku Alam VIII.

Para pembesar lain-lainnja baik militer maupun sipil, para wartawan.

Wakil sekretariat Kongres Wanita Indonesia.

Para tamu Bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sedjarah Kesatuan Pergerakan wanita Indonesia dari awal mulanja memang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan sedjarah perdjoangan Tanah-air dan Bangsa.

Pada saat perdjoangan mentjapai taraf jang memuntjak tinggi pada saat itu berpadulah wanita-wanita muda dengan dinamisnja dan wanita-wanita tua dengan pengalaman serta kebidjaksanaannja didalam suatu Komite Kongres jang terdiri dari wakil-wakil organisasi-organisasi puteri dan wanita, ja'ni :

  1. Puteri Indonesia (Keputerian Pemuda Indodonsia).
  2. Wanito Utomo.
  3. Wanito Taman Siswo.
  4. 'Aisjiah.
  5. Jong Java.
  6. Jong Islamieten Bond Dames afdeling.
  7. Wanita Katholiek.

Komite Kongres inilah jang mengundang organisasi-organisasi Wanita seluruhnja untuk bersama-sama mengadakan Kongres Perempuan Indonesia jang pertama di Jogjakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928. Dalam Kongres ini terbentuklah Badan Kesatuan jang bernama „Perikatan Pereman Indonesia" dengan Ibu Nj. Sukonto sebagai Ketuanja jang pertama. P.P.I. itulah jang pertama-tama membuka djalan kearah Kemadjuan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dan jang dalam pertumbuhannja menentukan dasar-dasar, bahwa Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia adalah salah satu bahagian dari pada Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Ketentuan ini diputuskan dalam kongres „Kongres Perempuan Indonesia" pada tahun 1935 di Djakarta dan kemudian di kuatkan dalam kongres ,,Kongres Perempuan Indonesia" di Bandung pada tahun 1938.

Saudara-saudara hadirin jang terhormat !

Kini kita bersama-sama memperingati genap 25 tahun atau seperempat abad usia Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.

Kalau dengan setjara ichlas kami menindjau apakah jang telah ditjapai oleh Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia didalam waktu 1/4 abad ini, maka dengan terus terang kami dapat mengakui bahwa kami baru dapat mentjapai tingkatan kemadjuan jang berupa:

a. orientasi dan

b. experimen.

Tetapi meskipun baru demikian, Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia selama 1/4 abad itu dapat memiliki sifat positip dan karateristiek, jaitu dalam berpegang teguhnja terhadap ketinggian moral kesabaran dan ketabahan dari satu dan lain organisasi anggota Kesatuan.

Moral tinggi, kesabaran dan ketabahan itulah jang mendjamin keutuhan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia selama 1/4 abad didalam mem-perdjuangkan tudjuannja.

Saudara-saudara jang terhormat!

Pendjagaan terhadap keutuhan persatuan itu rupa-rupanja sudah mendjadi keharusan dan diinsjafi oleh tiap-tiap wanita, berhubung wanita setiap hari harus melaksanakan persatuan bulat dalam rumah-tangganja: wanita sebagai pokok dan sendi persatuan ditengah-tengah keluarganja.

Dilihat dari sudut tersebut maka meskipun riil Kesatuan Pergerakan wanita Indonesia belum ada kemampuan untuk mentjiptakan pekerdjaan-pekerdjaan konkrit, namun tradisi kesatuan jang berdasarkan moral jang tinggi, kesabaran dan ketabahan jang ulet itu mengandung kekuatan tertersimpan jang dapat diharap oleh masjarakat guna sumbangan untuk mengangkat deradjat dan rakjat seluruhnja.

Djustru pada waktu proces perpetjahan diseluruh Indonesia sedang meradjalela seperti pada saat sekarang ini, maka keutuhan Kesatuan Perge rakan Wanita Indonesia jang telah mentjapai umur 1/4 abad ini dapat mendjadi ,,stimulans" jang kuat dan njata untuk keutuhan seluruh masjarakat jang amat diperlukan untuk kesempurnaan revolusi nasional kita ini.

Akan tetapi untuk menempati kedudukannja sebagai stimulans keutuhan, kesabaran dan ketabahan jang ulet itu, maka tidak tjukuplah djika kita tidak mengisi diri dengan kepandaian dan kemampuan didalam segala lapangan hidup. Dengan kepandaian dan kemampuan disegala lapangan hidup itu, dapatlah wanita mempersendjatai diri dengan kesempurnaan-kesempurnaannja untuk dapat melaksanakan suasana keutuhan negara dan rakjat seluruhnja.

Untuk itu semua, maka Kongres Wanita Indonesia dalam kongresnja di Bandung pada tanggal 25 Nopember 1952 menjusun suatu Panitya Pusat Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dengan programnja jang luas sekali, baik program jang berupa membangkitkan semangat maupun program jang bersifat permanen ataupun documantair.

70