djoangan mentjapai hak-pilih dan hak bersuara penuh dalam ketatanegaraan. Pada penghabisan abad kesembilan belas gerakan wanita ini seperti djuga di Amerika, memusatkan perdjoangan itu berlainan djalannja. Di Inggeris kaum wanita berdjoang hebat. Kaum "suffragettes" seperti wanita-wanita itu dinamakan banjak mengalami penderitaan untuk mentjapai tjita-tjita mereka. Kerap kali kedjadian, bahwa mereka diikatkan kepada pagar Downingstreet 10, rumah perdana menteri Inggeris. Untuk mentjapai tjita-tjita ini banjak wanita dipendjarakan dan ada pula jang mengorbankan djiwanja. Dinegeri-negeri lain "perdjuangan" itu hanja terbatas sampai pernjataan-pernjataan dan perarakan-perarakan sadja.
Tetapi dibanjak negeri kaum wanita mendapat hak pilih pada ketika perang dunia pertama. Sampai tahun 1914 kaum wanita "dibiarkan" bekerdja dalam beberapa perusahaan, tetapi tidak dengan sepenuh hati. Waktu peperangan, ternjata kebutuhan akan tenaga kaum wanita, dan merekapun dapat dipakai untuk segala matjam pekerdjaan jang sampai pada sa'at itu dianggap patut untuk kaum lelaki sadja. Djasa mereka banjak dalam peperangan (sekalipun di Inggeris Barisan-Pembantu Wanita dan Djabatan-Pembantu Angkatan Laut bagian Wanita (Wren) baru ada dimasa perang dunia j.l.). Pada achir perang dunia pertama teguhlah di Eropah pendirian orang seperti di Amerika, jaitu: Kaum lelaki tidak berhak lagi menahan-nahan hak kaum wanita jang penuh sebagai warga-negara! Tetapi masih ada negara-negara, misalnja Perantjis dan Belgia, jang baru memberi hak-pilih pada kaum wanita sesudah perang-dunia kedua. Negara Swis (Zwitserland) sampai kini belum memberi hak-pilih pada kaum wanita.
89