tu di Djakarta sangat giat mendjadi Ketua dari para isteri pegawai pemerintah, dimana para suaminja beladjar di Djakarta pada Bestuursschool, jang kemudian bertukar nama dengan: Bestuurs-Academie.
Sekembalinja dari Djakarta (waktu beladjar bagi para suami sudah selesai), maka para isteri pegawai ini umumnja ditempat tinggalnja masing-masing tidak mau tinggal diam dan meneruskan apa jang telah "dikursuskan" oleh nj. Sutardjo diwaktu itu, untuk diteruskan dilingkungannja masing-masing. Umumnja, bila ditempat kediamannja ada sekolah "Kartini", mereka itu terus menjeburkan diri dalam kalangan pengurusnja.
"Diniah Puteri"
Meskipun bukan seorang isteri pegawai, tetapi jang namanja tidak boleh dilupakan dalam kalangan pendidikan dan perguruan gadis-gadis dan jang namanja diseluruh Sumatera tidak asing lagi, ialah Rangkajo Rachmah el Junusiah.
Sekolah jang dipimpinnja adalah sekolah puteri, berkedudukan dikota Padang Pandjang (Sumatra Barat) dan jang sampai kini telah berusia lk. 25 tahun.
Disamping mendapat peladjaran agama Islam, jang mendjadi dasar dari perguruan tersebut, murid-murid mendapat djuga peladjaran pengetahuan umum, menenun, menjulam, merenda (mengait) dan ditahun-tahun jang belakangan ini, ditambah pula dengan peladjaran bahasa Inggeris.
Boleh dikatakan, bahwa hampir semua achli pedato dan guru-guru agama wanita jang kini terkenal di Sumatera, adalah bekas murid-murid "Diniah Puteri" jang dipimpin oleh Rangkajo Rachmah tadi.