num obat penguatkan, hampir tak ada uang sisa untuk membeli sepotong roti bagi Vera dan bagi ibunja.
Seorang sahabat Vera selalu berkata, bahwa ia amat merasa malang ketika kerdjanja tak lain hanja memelihara anak baji dan rumah tangga sadja dan bahwa ia menarik napas kesenangan, ketika dapat membawa anaknja itu kesebuah "crèche" (tempat menitipkan kanak-kanak) sehingga ia sendiri dapat bekerdja lagi di paberik. Vera sama sekali tak mengerti akan hal ini, karena ia sendiri kadang-kadang amat ingin, supaja dapat memelihara rumahnja, suami dan anak-anaknja sendiri, dan ia akan merasa senang, bila pendapatan suaminja sadja sudah tjukuplah untuk membelandjai rumah tangga dan membelandjai didikan anak-anak mereka.
Lima puluh tahun jang lalu seluruh kaum wanita jang berdjuang untuk kemerdekaan wanita, akan memarahi Vera, sebab ia telah mempunjai pikiran "kerumah-tanggaan" dan ia tidak menghargai haknja untuk mengerdjakan pekerdjaan buruh. Sekarang banjaklah kaum wanita merasa, bahwa kemerdekaan belumlah berarti, bahwa mereka harus mengerdjakan pekerdjaan jang sama dengan pekerdjaan laki-laki; dan kebanjakan wanita jang paling moderen bertanja pada diri sendiri, apakah dunia ini tidak akan lebih baik, bila semua ibu dapat memakai seluruh waktunja hanja untuk mendidik anak-anaknja sadja? Bila suami dan isteri kedua-duanja bebas sama sekali, berartilah ini, bahwa tiap-tiap mereka berhak menuntut kebahagiaan menurut tjara masing masing. Dan bagi kebanjakan kaum wanita kebahagiaan ini lebih dahulu akan terletak pada pemeliharaan keluarganja sendiri dari pada bekerdja dalam paberik. Dalam keluarganja ia mempunjai kewadjiban jang tak dapat dikerdjakan oleh orang lain, sebab seorang wanita dan ibu itu tak dapat digantikan.
36