Halaman:Gerakan wanita di dunia.pdf/41

Halaman ini tervalidasi

saudara, jang mengikuti peperangan melawan Djepang, amat membawa kesengsaraan, sehingga hampir tiap-tiap wanita Tiongkok – wanita buruh paberik, wanita buruh tani, isteri orang kaja atau orang berpangkat dan wanita jang terpeladjar – setjara bagaimana djuga harus membantu mentjari nafkah untuk keluarganja.

Suatu kedjadian waktu peperangan-saudara tersebut diatas menggambarkan kedudukan wanita dinegeri Tiongkok. Kedjadian ini berlangsung disekitar kota Peking, ketika kota tersebut masih mendjadi ibu kota Tiongkok nasionalis. Njonja Lo, seorang wanita Tiongkok jang ketjil dan gemuk badannja dan berumur enam puluh tahun, isteri dari seorang professor, sendiri mentjeritakan kedjadian itu demikian:

"Pada suatu hari, waktu kaum komunis mengepung kota Peking dan teleh menembaki kota Tientsin tak dapat lagi saja menahan hati saja. Peking tidak boleh mendjadi medan pertempuran; kota ini harus dilindungi. Memperoleh persetudjuan komandan Militer kota itu amat sukar tapi kesudahannja diterimanja baik usul untuk mengirimkan utusan keluar kota ke markas-besar kaum komunis dengan bebas.

Kami harus menunggu sampai tentara kedua belah pihak mengetahui benar maksud ini. Hari mulai gelap, mendjadi tengah malam. Barulah kami dapat berangkat dari rumah. Halaman rumah kami, djalan-djalan besar dan ketjil disekitarnja penuh manusia .... ratus-ratus manusia.

Semuanja rakjatku, rakjat jang menjebut aku ibu. sebab selang beberapa tahun semendjak Djepang masuk, akulah jang memelihara orang miskin, orang-orang buta dan tuli. Untuk orang-orang jang malang ini telah saja dirikan dekat rumah kami, beberapa sekolah dan tempat-tempat bekerdja. Sekarang mereka semuanja datang hen-

39