Halaman:Gerakan wanita di dunia.pdf/99

Halaman ini tervalidasi

hadap pembesar-pembesar tentara untuk bertanggung djawab, karena "tidak mengindahkan disiplin militer". Tetapi sebaliknja usaha Florence terpudji di Inggeris dan terlebih lagi diantara serdadu jang luka-luka, sehingga orang tidak berani menghukumnja. Sesudah berbulan-bulan ia bekerdja 19 djam sehari, maka keadaan bertambah baik, sehingga dari tiap 100 orang jang sakit hanja dua orang jang meninggal. Kematian jang disebabkan oleh kurang rawatan atau kurang kebersihan tidak terdjadi lagi. Florence Nightingale tetap mendjalankan kewadjibannja sampai perang selesai dan ia sendiri djatuh sakit.

Pekerdjaannja disemenandjung Krim itu baru permulaan dari pekerdjaan-kehidupannja, jakni: pembaharuan perawatan orang sakit setjara modern. Ketika ia kembali ke Inggeris rakjat Inggeris menjatakan terima kasihnja pada wanita muda ini dengan mengumpulkan uang fonds sebesar setengah djuta rupiah. Florence jang sesudah perang tidak sembuh sama sekali mempergunakan uang itu untuk mendirikan sebuah sekolah untuk mendidik djururawat selaras dengan tjita-tjitanja. Sementara itu ia meneruskan pembaharuan perawatan dan pengobatan militer. Waktu petjah pemberontakan di India, ia sebenarnja ingin sekali pergi ketempat pertempuran, tetapi kesehatannja tidak mengizinkan. Hanja ia senantiasa memberi nasehat pada pembesar-pembesar jang bersangkutan. Ia membantu mendirikan serikat-sekerdja untuk djuru-rawat, dan ketika Henri Dunant mulai membentuk Palang Merah ia mengatakan, bahwa usahanja itu penerusan dari segala jang telah dimulai oleh Florence Nightingale didjazirah Krim.

Ketika Nightingale sudah agak berumur ia lebih memperhatikan kesehatan rakjat. Ia amat radjin mengusahakan perawatan dikampung, artinja, djuru-rawat jang

81