Halaman:Hari-Ulang Ke-50 Tiong Hoa Hwee Koan Djakarta.pdf/46

Halaman ini telah diuji baca

KEBUDAJAAN TIONGHOA DI INDONESIA. OIeh: Nio Joe Lan

Dengan berpikir, bahwa salah-satu tudjuannja Tiong Hoa Hwee Koan pada ketika diberdirikannja didalam tahun 1900 ada djuga hal memadjukan kebudajaan Tionghoa, ja malahan pada ,permulaan hidupnja Tiong Hoa Hwee Koan dapat dikatakan, bahwa pgrkumpulan ini lebih banjak bersifat kebudajaan dari pada lain-lain, seperti umpamanja ,perkumpulan sekolah, adalah djadi pendapat saja, bahwa satu perundingan tentang kebudajaan Tionghoa ada pada tempatnja djuga didalam Buku Peringatan Hari-Ulang ke 5O dari perkumpudlan ini.

Maka itu saja ingin minta sedikit perhatian untuk soal-soal jang bersangkutan dengan kebudajaan Tionghoa di Indonesia didalam Buku Hari-Ulang ini.

Walaupun antara orang Tionghoa Peranakan ada banjak jang sudah berdiam di Nanyang beberapa turunan, golongan ini ada pegang tetap iapunja sifat Tionghoa.

Dan terutama hal-hal jang mengenai kebudajaan Tionghoa amat banjak menarik perhatian mereka itu

Apakah adanja kebudajaan itu?

Kebudajaan ini tak lain tak bukan daripada kebudajaan Tionghoa aseli, jan telah dibawa menjeberang lautan dan disini hidup terus, biarpun didalam banjak hal pengutaraan-pengutaraanja telah djadi banjak berbedaan daripada pengutaraan-pengutaraan kebudajaan itu djuga di Tiongkok sendiri.Tetapi adanja perbedaan-perbedaan itu tidak usa ,membikin orang djadi heran. Perbedaan-Perbedaan itu pun ada, djadi akibatnja pengaruhnja tempat (space) dan tempo (time). Djuga bibit reranaman jang bersamaan, tetapi keadannja ini tidak sebulat-bulatnja dengan tetanaman-ibunja

Oleh karena kebudajaan terutama tertampak didalam kalangan-kalangan kesasteraan, kesenian dan sandiwara, biarlah disini saja bitjarakan itu satu-per-satu.

Tentu sadja aktiviteit orang Tionghoa Peranakan dalam hal ini terutama adalah memperkembangkan dan membikin terlebih tersiar kesuasteraan Tionghoa.

Dan keruan sadja oleh karena bagian terbesar dari orang Tionghoa Peranakan lantaran peladjaran jang diterimanja djadi tidak bisa membatja dalam bahasa Tionghoa lagi, orang paling pertama-tama bekerdja membikin agar taman kesasteraan Tionghoa djadi bisa diktundjungkan djuga oleh mereka jang telah tidak kenal bahasa Tionghoa pula.

Maka tjerita-t,jerita Tionghoa sudah sedjak lama dan sudah dalam djumlah besar diterdjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

Banjak sebab jang telah bantu membikin tjerita-tjerita Tionghoa disalin kedalam bahasa ini. Sebab jang terutama tidak dapat disangkal lagi adalah oleh karena sendirinja ada djadi orang Tionghoa, orang djadi ketarik akan mengetahui terlebih banjak tjrerita Tionghoa. Apapula tjerita-tjerita Tionghoa memang banjak jang bagus-bagus.Sajang salinan-salinan jang pertama banjak tidak dapat dibilang ada indah. Malahan banjak dari terdjemahan-terdjemahan itu ada undjuk, bahwa penterdjemahan masih tidak mengerti tjukup, bagaimana harus atur kalimat-kalimat dengan beres. Ini membikin membatja buku-buku itu tidak dapat diberikan kepada orang perasaan puas, satu perasaan jang memenuhi permintaan-permintaan aesthetis orang. Kendatipun demikian, toch banjak orang batja buku-buku itu. Hal mana mengundjuk sampai tjukup. keindahan penjiptaan-pentjiptaan pengarang-pengarang dari djaman Ming Achir dan Ch'ing. Pada djaman-djaman mana itu telah ditulis, ada sampai tjukup besar.

Kalau orang mengingat djuga, bahwa harga jang dipasang untuk salinan Indonesia dari tjerita-tjerita Tionghoa sama sekali tidak dapat ditarik dibilang rendah. orang lantas dapat menarik buah-buah-kalam itu ada besar sekali. hingga biarpun terdjemahannya tidak menjukupkan sjarat-45