Halaman:Hidoep.pdf/19

Halaman ini telah diuji baca

’HIDOEP’

11

pada soeaminja dan djelmaken satoe pendoedoek baroe pada doenia.

Baji itoe masih dilimpoet oleh kegelapan. Iapoenja pantjadrija masih belon bekerdja, ia poenja mata belon dapet meliat, koeping belon mendenger dan otak belon dapet memikir. Tapi Alam telah koerniaken itoe perasa'an soetji pada machloeknja, siapa sadja — apa lagi orang jang mendjadi orang-toeanja — aken taroh soeka pa­da anak-anak jang masih diseboet baji.

Satoe ajam biang, djika ia lagi keremin atawa melindoengin iapoenja koetoek (anak), aken kabroek siapa sadja jang brani deketin anaknja, tida perdoeli manoesia atawa gadjah. Maka apa­ lagi manoesia.

Apa artinja penghidoepan? Orok itoe tida am­bil poesing. Iapoenja hidoep tjoema sebagi im­pian dan lamoenan.

Djika ia poenja mata bisa memandeng djagat dan koeping mendengar tioepan angin, ia masih sebagi dalem mengigo. Ia bergerak-gerak terta­wa dan menangis, tapi belon mendoesin kenapa moesti begitoe.

Anak itoe oleh iboe dan bapanja dibri nama Tiong-gie, artinja setiawan Boediman.

Plahan-plahan Tiong-gie dari satoe baji telah berobah mendjadi anak jang moengil.