Halaman:Himpunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (1984).pdf/584

Halaman ini tervalidasi

Rancangan Undang-Undang Usul lnisiatif

Pasal 134.

(1) Sekurang-kurangnya dua puluh orang Anggota, yang tidak hanya terdiri dari satu Fraksi, dapat mengajukan usul Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif.

(2) Usul Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif tersebut serta penjelasannya disampaikan dengan tertulis kepada Pimpinan DPR, dengan disertai daftar narna dan tandatangan Para Pengusul serta Fraksinya.

(3) Dalam Rapat Paripurna bcrikutnya setelah usul Rcncana Undang-Undang Usul lnisiatif diterima oleh Pimpinan DPR, Ketua Rapat memberitahukan kepada para Anggota tentang masuknya usul Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif, dan usul tersebut kemudian dibagikan kepada para Anggota.

(4) Dalam Rapat Badan Musyawarah yang diadakan untuk menentukan waktu pembicaraan usul Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif tersebut dalam Rapat Paripurna, kepada para Pengusul diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk mernbcrikan penjelasan tentang usul tersebut.

(5) Rapat Paripurna memutuskan apakah usul Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif terscbut secara prinsip dapat diterima menjadi Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPR atau tidak. Keputusan tersebut diambil setelah dibcrikan kesempatan kepada Pengusul untuk memberikan penjelasan dan kepada Fraksi-Fraksi untuk memberikan pendapatnya.

(6) Setelah Usul Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif tersebut diputuskan menjadi Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPR, DPR menugaskan kepada Komisi, Rapat Gabungan Kornisi, atau Panitia Khusus yang dibentuk, untuk membahas dan menyempurnakan Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif tersebut.

(7) Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPR sebaga.imana dimaksud dalam ayat (6) dibagikan kepada para Anggota dan oleh Pimpinan DPR disampaikan kcpada Presiden dengan permintaan agar Presiden menunjuk Menteri yang akan mewakili Pemerintah dalam melakukan pembahasan Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif tersebut bersama-sama dengan DPR.

(8) Terhadap pembahasan dan penyelesaian selanjutnya berlaku

592