Halaman:Hutan Pinus.pdf/15

Halaman ini telah diuji baca

berganti-ganti ia lihat, semakin tak percaya ia. Dirasakannya sekelilingnya berputar-berpusing seperti gasing.

***

Sedari Kamis pagi, keluarga kecil itu tak lagi tinggal bertiga. Kini, empat orang menghuni rumah itu. Perempuan itu, suaminya, putrinya, dan laki-laki tua tujuh puluh tahun yang kini dipanggil kakek oleh gadis empat tahun itu.

Bercerita-cerita anak beranak itu di ruang tamu. Melepas rindu, mengenang cerita indah di masa lalu. Mengobrol tentang ke mana ayahnya berjalan belasan tahun belakangan ini, di mana anak perempuannya sejak ia tinggalkan. Tentang bagaimena hidup mereka selama terpisahkan entah karena apa. Mungkin, hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Terlihat jelas kasih sayang bapak dan anak pada raut masing-masing. Ucapan, bahasa tubuh, perilaku perempuan itu menjawab segalanya.

Sedari Kamis pagi, perempuan itu menjadi seorang anak yang baik. Setiap pagi, sebelum pergi kerja, ketika ayahnya bangun, minuman dan sarapan sudahia siapkan. Tentunya, sebelumnya sudah melakukan rutinitas hariannya, beradu mulut dengan suaminya. Cemilan dan makan siang pun tersedia rapi di bawah tudung saji. Untuk ayalnya. Pola hidup mereka pun berubah. Jika biasanya, Putri kecitnya itu ia titipkan pada tetangga, kini sudah bisa ditinggal bersama kakeknya. Lengkap dengan segala Sesuatu yang harus dilakukan kakek untuk si kecil. Membuatkan susu, mengawasinya bermain, dan Segudang aktivitas balita lainnya. Si kecil bersenang hati pula. Kini ia sudah punya kakek, layaknya teman-teman. Sedangkan suaminya, menyudut mata saja memandang ayah mertuanya yang baru hari ini ia jumpai.