Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/165

Halaman ini tervalidasi

DRS. HB. JASSIN:

TIGA PEMENANG DRAMA
TAHUN.1958

MADJALAH ,,Budaya Th. VIII No. 3/4/5. Maret/April/Mei 1959 terbit dengan kumpulan tiga drama pemenang tahun 1958. Ini tidaklah jang pertama kali madjalah ini memuat karangan berupa drama. Nomor Oktober/Nopember 1956 djuga pernah memuat seluruhnja drama-drama dan tersebar-sebar dalam beberapa nomor lain kita temui pula bentuk sastra ini.

 Tidak didjelaskan apakah penilaian tjerita-jerita drama ini didasarkan atas ketjotjokannja untuk dipentaskan ataukah sebagai close: drama atau drama sekedar untuk dibatja. Mungkin karena pertimbangan drama sebagai drama untuk dipentaskan maka »Sekelumit Njanjian Sunda” jang sarat dengan pertjakapan-pertjakapan psychologis itu diberi hadiah sebagai pemenang ketiga.

 Jang mendapat hadiah pertama ialah Motinggo Boesje dengan dramanja ,,Malam Djahanam” jang menurut djuri ,,mengandung dimensi dan kemungkinan pemanggungannja”, hadiah kedua dimenangkan oleh Misbach Jusa Biran dengan suatu komedi,, Bung Besar" jang dikatakan ,,berkali-kali melontarkan idee dan pemikiran jang asli dan segar, sedang pergantian pelaku-pelakunja dengan tepat memenuhi sjarat-sjarat pemanggungan”. Dan hadiah ketiga djatuh pada Nasjah Djamin jang menulis drama ,,Sekelumit Njanjian Sunda”, jang menurut pertanggungandjawab djuri berharga karena isi dialog jang sungguh dan pelaksanaan djalan tjerita jang luas dan bulat".

 Ketiga drama ini mempunjal tiga lingkungan dan tema jang berlain-lainan. Boesja mengambil tjerita jang bermain disuatu perkampungan nelajan dengan kehidupan nelajan-nelajan jang kasar tapi tak sunji dari kelembutan hati dan ketulusan. Misbach mengchajalkan suatu dunia Seribu Satu Malam sebagai parodi atas dunja pergerakan dan hidup kepartaian dalam masjarakat kita, sedang Nasjah melukiskan suatu episode dari perdjuangan dimasa revolusi.

 Bagi saja sendiri drama jang paling menarik ialah punja Misbach, seniman Senen jang ternjata punja humor dan pandangan masjarakat jang tadjam. Kemudian menjusul punja Nasjah, jang dramanja ,,Titik Titik Hitam” lebih berhasil dari ,,Sekelumit Njanjian Sunda” ini. Drama Motinggo Boesje heran sekali tidak berkata apa-apa buat saja tapi ini mungkin karena kesalahan saja. Saja membatja ,,Malam Djahanam" dengan sikap djiwa jang tegang, seperti melihat anak tanggung jang mau hebat tapi tak mampu mejakinkan saja. Anak tanggung djuga suka memakai kata-kata hebat seperi ,,djahanam”, ,,pengetjut", dan sebagainja untuk mejakinkan orang lain bahwa ia sudah dewasa dan berani.

 Tjerita Boesje berpola segitiga, Mat Kontan tjinta Paidjah (nama perempuan), Paidjah main serong dengan Soleman hingga mendapat anak. Dalam suatu pertengkaran dengan Mat Kontan, Soleman membukakan rahasia itu, tapi sebelum perkelahian terdjadi Soleman melarikan diri. Sewaktu dengan larinja, anaknja pada Paidjah meninggal dan meskipun tjerita berachir dengan tiba-tiba dapatlah kita menerka bahwa Paidjah dan Mat Kontan kembali hidup berdampingan dengan bahagianja.