Halaman:Massa actie.pdf/40

Halaman ini tervalidasi

— 36 —


saan atas tanah paberik, alat2 pengangkoetan dan badan perdagangan, kini semoeanja dipcesatkan dalam tangan beberapa syndikat seperti Avros, Suikersyndikaat, Handelsvereeniging Amsterdam dll. Pimpinan syndikat besar2 itoe terserah ketangan beberapa orang kapitalis.

Pertentangan sosial antara kapitalis dan boeroeh di Indonesia - berhoeboengan dengan beberapa hal lain lebih tadjam dari pada apa jang kelihatan oleh mata. Keoentoengan besar dari goela, minjak, karet, kopí, teh, dll . sebagian besar mengalir ke Eropah, kekantong bangsa Belanda, dan sebagian ketjil ada djoega kembali ke Indonesia, tetapi boekan sebagai kenaikan gadji boeroeh, melainkan sebagai penambah „kapital” jang soedah ada, boeat djadi „alat penghisap” jang baroe poela sebagian terbesar dari keoentoengan itoe tinggal dinegeri Belanda, sebagai keoentoengan gadji oeang verlof atau pensioen pegawai-pegawai Belanda.

Kemalangan nasib boeroeh Indonesia hanja dapat diperbaiki dengan djalan menaikkan gadji mereka jang sepadan (dengan memperhatikan) harga barang keperloean sehari-hari. Dengan pemboekaan beberapa keboen besar memang ada kaoem boeroeh atau penganggoer jang mendapat pekerdjaan, tetapi sebaliknja tanah mereka disewakan dan didjoeal, hingga banjak tani jang kehilangan miliknja: Tambahan lagi oleh pengloeasan kapitalisasi itoe barang keperloean sehari2 bertambah naik harganja. Soenggoeh ta' dapat dimoengkiri bahwa kenaikan harga barang dalam 10 tahoen belakangan ini tidak sedjalan dengan kenaikan gadji boeroeh.

Demikianlah rakjat Indonesia tambah lama tambah miskin, sebab gadji mereka tetap seperti biasa (malahan kerapkali ditoeroenkan, sementara barang2 makanan semakin mahal. Dan oleh persaingan jang makin lama makin hebat, karena tjatjah djiwa tjepat sekali bertambahnja, dan kapitalisasi semakin diperloeas dan oleh reaksi jang selaloe bertambah koeat, berkoerangļah kepastian akan mendapat pekerdjaan.

Djika kaoem kapitalis itoe bangsa Indonesia, tentoelah kemiskinan dan kemelaratan ta 'kan sepedih itoe, sebab sisa keoentoengan jang sangat banjak itoe moegkin dilemparkan pada rakjat. Gadji boeroeh boleh djadi dinaikkan, pengadjaran, koperasi rakjat, indoestrialisasi dan kesehatan moenkin diperhatikan dan diperbaiki. Sekarang ta’ terdjadi, sebah oentoeng jang berlipat ganda teroes meneroes diangkoet dari Indonesia keloear negeri.

Selain dari proces pengeringan ini, pertentangan sosial dipertadjam oleh perbedaan bangsa dan apa2 jang bersangkoetan dengan itoe. Kaoem kapitalis berbahasa lain dari rakjat dan pemerintah boekan pemerintah rakjat. Kaoem kapitalis dan pemerintah memeloek agama lain, mempoenjai kesoesilaan dan kebiasaan lain, serta ideologinja berbeda dengan rakjat. Dalam pergaoelan sehari-hari antara kapitalistis dan boeroeh antara pemerintah dan rakjat, jang terseboet tadi penting sekali. Kapitalis Belanda tidak mengenal boeroehnja, pemerintah Belanda tidak mengenal rakjatnja. Boekan dia ta' ingin mengenal rakjat.

Meskipoen dia sekiranja maoe berboeat seroepa itoe, boekanlah moedah bagi Belanda akan mengadjoek batin penghoeni chatoelistiwa ini. sebab mereka tidak menjiapkan faktor-faktor jang perloe, seperti pendidikan, bahasa pergaoelan sosial dan kepertjaan ra’jat. Karena inilah maka Belanda jg katanja „sopan”, kerapkali mengeloearkan kata-kata jang kotor terhadap bangsa Indonesia.