Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/178

Halaman ini tervalidasi

168

an di tepi jalan raya rumah mereka permanen dan sebagian rumah gedongan. Pada belakang pemukiman jalur jalan raya atau jalan kota, terdapat daerah yang mengalami disorganisasi sosial yang menarik bagi warga masyarakat secara sosial ekonomis. Daerah ini berisikan masyarakat pluralistis. Di sekitar titik pusat kota bermukim masyarakat yang kegiatannya industri kecil, pedagang kecil, kampung, dan buruh-buruh serta pengangguran. Karena itu di daerah ini sering terjadi kejahatan, pelacuran, dan seringnya kebakaran.

Pada ujung jalan raya Teluk Dalam daerah pinggiran kota tepi sungai Barito didirikan pabrik-pabrik kayu (sawmill), perusahaan ikan dan dok-dok kapal.

Di sekitar ini pula bermukim buruh-buruh yang tinggal pada rumah-rumah kecil. Terakhir wilayah pemukiman pemerintah seperti perumahan BTN Km 5 dan 6, Jalan Kayu Tangi dan Kompleks DPR. Umumnya yang menempati adalah Pegawai Negeri, Pegawai Perusahaan dan pengusaha-pengusaha.

Masyarakat Banjar tampaknya bersifat terbuka, suka menerima masyarakat luar hidup secara berdampingan, tetapi yang prinsip bagi mereka asal jangan menyinggung masalah agama Islam. Di kota Banjarmasin penduduk asli berada pada pinggiran kota kecuali Kampung Melayu, seperti Kuin, Mantuil, dan Pangambangan. Yang lainnya masyarakat urban dari Hulu Sungai yang terbesar dan dari berbagai suku bangsa di wilayah Indonesia.

Penduduk kota tinggal terpencar pada lokasi masing-masing, bahkan tempat bekerja pun cukup jauh, tetapi dengan adanya jasa-jasa dari transportasi masyarakat kota mendapat kemudahan-kemudahan. Mereka tidak perlu lagi dekat dengan pusat perbelanjaan, atau pusat penyediaan kebutuhan dasar, atau terminal. Jaringan rute kendaraan umum yang luas, juga menghilangkan penghalang untuk meluaskan lingkungan pemukiman di kota. Kendaraan air fungsinya juga sama dengan kendaraan di darat sebagai alat angkut penumpang dan barang.