Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/100

Halaman ini belum diuji baca

Berjalan turun sekali, ditunggangi kuda yang belang, kuda belang rajah kaki, ekor seperti serasah terjun, bulu seperti ainalbanat14, poni seperti awan tergantung, pelana emas selalu, kekangnya perak ditarik, injakannya satu-satu. Berjalanlah kuda si Umbuik Mudo, jalan kuda mendoncengdonceng, genta besar menghimbau-himbau, genta kecil pangilmemanggil, sampai Ia di Kampuang Aua, kuda merantak meringkik panjang, bertaburan ayam di lesung, terkejut bapak si Galang, tegak berdiri langsung ke pintu, meninjau sambil ke halaman, nampaklah si Umbuik Mudo. Turunlah si Galang Banyak, dibawa air di perian, disusulnya si Umbuik Mudo, lalu berpantun si Galang Banyak, “Sudah penat denai mendaki Mendaki batu berjenjang Bulan tak terang-terang jua; Sudah penat denai menanti Sudah putih mata memandang Tuan tak datang-datang jua.” Menjawab Si Umbuik Mudo, “Anak balam di atas jelatang Hinggap di ranting dalu-dalu; Sebab denai terlambat datang Jalan berbelok tempat lalu” Berkata pula Si Galang Banyak, “Cempedak di tengah laman Dijolok dengan empu kaki; Jangan lama tegak di laman Itu cibuk cucilah kaki.” Naiklah si Umbuik Mudo, sesaat Ia di tengah rumah, berpantun si Galang Banyak, 14) Warna bulu kuda

89